Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterwakilan Perempuan di DPR 2019-2024 Diprediksi Paling Tinggi

Kompas.com - 26/07/2019, 10:46 WIB
Fitria Chusna Farisa,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pramono Ubaid Tanthowi memprediksi, jumlah keterwakilan perempuan dalam lembaga DPR RI periode 2019-2024 paling tinggi sepanjang sejarah pasca-reformasi.

"Pemilu 2019 hasilkan presentase keterwakilan perempuan di DPR RI yang tertinggi dalam sejarah pemilu pasca-reformasi," kata Pramono saat dikonfirmasi, Kamis (25/7/2019).

Pernyataan Pramono didasarkan pada hasil penelitian Pusat Kajian Riset dan Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI), baru-baru ini.

Penelitian itu menunjukkan, keterwakilan perempuan di parlemen diprediksi mencapai 20,5 persen atau 118 orang. Angka ini baru sebatas prediksi lantaran KPU belum menetapkan calon legislatif terpilih DPR RI 2019.

Baca juga: Anggota DPR Terpilih Diharapkan Punya Nyali Perjuangkan Kebenaran

Pramono membandingkan, Pemilu 2014 menghasilkan 14,3 persen keterwakilan perempuan di DPR RI atau sebanyak 97 orang.

Sementara pada Pemilu 2009, keterwakilan perempuan sejumlah 18 persen atau 101 orang dan Pemilu 2004 menghasilkan keterwakilan perempuan 11 persen atau 61 orang.

Menurut Pramono, peningkatan ini merupakan dampak dari regulasi yang mewajibkan keterwakilan perempuan di DPR RI sekurang-kurangnya 30 persen di setiap daerah pemilihan (dapil), dan aturan bahwa di setiap tiga calon anggota legislatif sekurang-kurangya terdapat satu calon perempuan.

Aturan tersebut diketahui tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Pramono mengklaim, peningkatan keterwakilan perempuan ini juga dampak dari sikap tegas KPU terhadap partai politik mengenai aturan tersebut. Sehingga, aturan ini membuat partai politik mau tidak mau mematuhinya.

"Turunan teknis di Peraturan KPU yang mengatur sanksi bagi parpol yang tidak memenuhi ketentuan tersebut juga perlu dipertahankan. Karena berhasil memaksa parpol menempatkan calon perempuan dalam jumlah yang cukup banyak, serta ditempatkan di nomor urut yang memberi peluang menang cukup besar," ujar Pramono.

"Kalau KPU tidak memaksa dengan PKPU tersebut, maka calon perempuan akan ditempatkan di nomor urut bawah," lanjut dia.

 

Kompas TV Cerita lulusan Universitas Indonesia (UI) yang tolak gaji Rp 8 juta viral. Ia tak mau disamakan dengan lulusan univeristas lain. Berapa sebetulnya gaji <em>fresh graduate</em> di Indonesia? Badan Pusat Statistik (BPS) rilis survei rata-rata gaji karyawan berdasarkan kelompok umur. Pada Agustus 2018 namun datanya sudah di-update pada Maret 2019. Hasilnya, rata-rata gaji bersih karyawan di kelompok umur 20-24 tahun hanya Rp 2.240.116 per bulan. Asumsinya, di kelompok umur inilah <em>fresh graduate</em> seperti lulusan UI yang menolak gaji Rp 8 juta sebulan itu berada. Gaji paling tinggi bagi <em>fresh graduate</em> menurut survei BPS ada di jenis pekerjaan tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan. Gaji bersih rata-rata di jenis pekerjaan tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan ini adalah Rp 3.327.742 per bulan. Selisihnya denga rata-rata gaji bersih kelompok umur 20-24 tahun sekitar Rp 1,1 juta. Sementara rata-rata gaji bersih terendah diterima oleh <em>fresh graduate</em> yang bekerja sebagai tenaga profesional, teknisi, dan yang sejenis. Gaji yang diterima <em>fresh graduate</em> di jenis pekerjaan ini sebesar Rp 1.701.183 per bulan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com