Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan 22 Mei, Polri Diminta Evaluasi Apakah Anggotanya Gunakan Kewenangan Berlebihan

Kompas.com - 12/06/2019, 15:47 WIB
Christoforus Ristianto,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta Polri menjaga akuntabilitas institusinya dalam menyidik kerusuhan 21-22 Mei 2019. Tidak hanya dalam mengungkap pelaku tetapi juga dengan mengevaluasi kinerjanya sendiri.

"Tantangan paling besar bagi Polri saat ini adalah akuntabilitas institusinya. Di samping bisa mengungkapkan siapa pelaku penembakan dan siapa dalangnya, yang paling penting juga bagaimana polisi mengevaluasi kerjanya," ujar Komisioner Komnas HAM Choirul Anam kepada Kompas.com, Rabu (12/6/2019).

Choirul menjelaskan, hingga saat ini, kepolisian belum bisa menjelaskan apakah ada aparatnya yang melakukan wewenang di luar batas saat mengamankan kerusuhan di dekat Gedung Bawaslu, tepatnya di Jalan Kampung Bali, Jakarta Pusat.

Baca juga: Komnas HAM: Kematian Korban Kerusuhan 22 Mei Belum Gamblang Dijelaskan Polri

Menurutnya, Polri harus mengevaluasi apakah ada anggotanya yang menggunakan kewenangan secara berlebihan. Oleh karenanya, polisi harus menunjukkan bahwa telah bekerja secara profesional dan tertib hukum.

 

"Ada video yang tersebar memperlihatkan di Jalan Kampung Bali nampak seseorang yang sudah menyerah, sudah diringkus, namun masih saja dipukulin. Dalam konteks HAM itu pelanggaran," tuturnya.

Baca juga: Amnesty International Kritik Polisi yang Luput Jelaskan soal Korban Jiwa Kerusuhan 22 Mei

Sehingga, lanjutnya, jika ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan anggota polisi, maka harus juga diproses. Proses tersebut, kata Choirul, yang juga ditunggu oleh masyarakat.

"Kami sudah menyampaikan kepada kepolisian bahwa yang kejadian di Jalan Kampung Bali harus diusut tuntas. Akuntabilitas kerja polisi juga harus dijaga marwahnya," paparnya kemudian.

Namun demikian, seperti diungkapkan Choirul, Komnas HAM kini juga masih menunggu laporan terkini dari polisi terkait meninggalnya sembilan orang yang ada di dalam kerusuhan 21-22 Mei.

Kompas TV Dalam rilisSelasa (11/6), polisi menjabarkan peran politisi PPP, Habil Marati sebagai penyandang dana dalam kericuhan 21 dan 22 Mei 2019.Habil disebut memberi dana sebesar Rp 60 juta rupiah untuk pembelian senjata api. Sebelumnya, pada 30 Mei lalu, polisi telah memeriksa Habil Marati. Saat itu, Habil datang ke Polda Metro sekitar pukul 11.00 WIB dan menjalani pemeriksaan selama kurang lebih lima jam sebelum akhirnya ditahan. #HabilMarati #Makar #Kerusuhan22Mei
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com