Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Suara Perempuan Berharga, Jangan Jual atau Tukar Suara Kita dengan Apa Pun"

Kompas.com - 15/04/2019, 22:11 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gerakan Saya Perempuan Anti-Korupsi (SPAK) Indonesia mengimbau para pemilih perempuan untuk mewaspadai praktik politik uang oleh peserta Pemilu 2019.

"Suara perempuan berharga. Karena berharga untuk Indonesia, jangan jual atau tukar suara kita dengan apa pun," kata Direktur SPAK Indonesia Maria Kresentia dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (15/4/2019).

Maria mengingatkan, politik uang dilakukan oleh peserta pemilu yang ingin mencari jalan pintas dengan cara membeli suara pemilih, bahkan menyuap penyelenggara pemilu.

"Praktik politik uang menjadikan politik berbiaya tinggi yang akan menghasilkan pemimpin atau anggota legislatif yang selalu berpikir untuk mengembalikan modalnya dan tidak memikirkan kepentingan rakyat," kata dia.

Baca juga: Masa Tenang, Saatnya Memantapkan Pilihan, Hati-hati Politik Uang!

Menurut dia, mereka yang melakukan politik uang biasanya bukan sosok yang memiliki kompetensi, kepemimpinan, pengetahuan, dan wawasan yang cukup dalam menjalankan tugasnya nanti apabila terpilih.

"Uang negara yang kelak dikelolanya, berpotensi dikorupsi, digunakan untuk kepentingan pemodal atau kepentingan pribadi untuk mengganti uang yang telah digunakan untuk membiayai pemenangannya," kata dia.

Tiga catatan

Maria mengungkapkan, ada tiga hal yang patut diperhatikan pemilih perempuan.

Pertama, perempuan perlu memastikan calon yang akan dipilih tidak pernah terindikasi korupsi atau yang kerap berperilaku korupsi.

Sebab, bukan tidak mungkin calon pemimpin tersebut akan mengambil hak warganya baik melalui kebijakan yang dibuat atau dari praktik korupsi lainnya.

Baca juga: PBNU: Penyelenggara Pemilu, Jangan Pernah Kompromi dengan Politik Uang

Kedua, perempuan sebaiknya tidak memilih calon pemimpin atau wakil rakyat yang pernah terindikasi pelecehan atau kekerasan pada perempuan, anak, disabilitas atau kelompok marjinal lainnya.

Sebab, bila calon tersebut pernah melecehkan kelompok-kelompok itu, mereka sama saja tidak menghargai kehidupan.

Ketiga, perempuan sebaiknya tidak memilih calon yang diskriminatif atau mengedepankan suku, agama dan ras.

Alasannya, diskriminasi bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Diskriminasi justru akan memecah belah Indonesia karena memicu konflik-konflik berkepanjangan.

Baca juga: Cegah Politik Uang di Masa Tenang, Puluhan Ribu Petugas Gabungan di Sulsel Gelar Patroli

Menurut SPAK, rekam jejak calon perlu diketahui dengan baik. Perilaku masa lalu biasanya akan berulang di masa depan.

"Pelajari calon presiden dan wakil presiden serta calon legislatif. Tentukan pilihan pada mereka yang jelas rekam jejaknya, jelas visi, misi dan program kerjanya, serta membuka peluang perempuan untuk terlibat mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera," kata Maria.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Bingung Pilih Caleg?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi Jika Setujui RUU Penyiaran

Nasional
Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

Nasional
Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

Nasional
Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

Nasional
Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

Nasional
Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

Nasional
Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

Nasional
Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Vendor Kementan Disuruh Pasang 6 AC di Rumah Pribadi SYL dan Anaknya

Nasional
SYL Berkali-kali 'Palak' Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

SYL Berkali-kali "Palak" Pegawai Kementan: Minta Dibelikan Ponsel, Parfum hingga Pin Emas

Nasional
Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Anak SYL Ikut-ikutan Usul Nama untuk Isi Jabatan di Kementan

Nasional
Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Cucu SYL Dapat Jatah Jabatan Tenaga Ahli di Kementan, Digaji Rp 10 Juta Per Bulan

Nasional
KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

KPK Duga Negara Rugi Ratusan Miliar Rupiah akibat Korupsi di PT PGN

Nasional
Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Berbagai Alasan Elite PDI-P soal Jokowi Tak Diundang ke Rakernas

Nasional
Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Waketum Golkar Ingin Tanya Airlangga Kenapa Bobby Akhirnya Masuk Gerindra

Nasional
Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Bicara soal Rekonsiliasi, JK Sebut Tetap Ada yang Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com