Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Setelah Jokowi dan Prabowo Sentil BPJS, Lalu...

Kompas.com - 03/12/2018, 08:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TAK banyak media yang mengangkat isu ini setelah Jokowi dan Prabowo menyinggungnya. Media dan warganet lebih tertarik dengan “tampang boyolali”, “genderuwo”, dan “guru koruptor”. Padahal sejatinya, isu ini lebih dekat dengan urusan hidup mati rakyat.

Pertengahan Oktober lalu, Indonesia dikejutkan dengan pernyataan keras yang tak sering digunakan Presiden Joko Widodo.

Ia menyinggung dengan tajam soal krisis keuangan yang dialami Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di hadapan Fahmi Idris, Direktur Utama BPJS Kesehatan yang hadir saat itu.

"Mestinya sudah rampunglah di (tingkat) Menkes, di Dirut BPJS. Urusan pembayaran utang RS sampai Presiden. Ini kebangetan sebetulnya," kata Jokowi

"Ini masih kurang lagi. 'Pak masih kurang, kebutuhan bukan Rp 4,9 T', lah kok enak banget ini, kalau kurang minta, kalau kurang minta," kata Jokowi lagi. Baca juga: Jokowi: Urusan Utang Rumah Sakit Sampai ke Presiden, Kebangetan! 

Persis sebulan berselang, Calon Presiden Nomor 02, Prabowo Subianto, kembali menyinggung BPJS Kesehatan. Prabowo mengatakan, sebentar lagi orang sakit ditolak Rumah Sakit!

"Saudara-saudara, saya di Semarang, ketemu dengan salah satu pengusaha yang punya rumah sakit. Dia mengatakan rumah sakit dia, pemerintah sudah tunggak, pemerintah utang dengan rumah sakit dia Rp 100 miliar," ucap Prabowo.

"Di mana-mana seperti itu. Jadi sebentar lagi orang sakit akan ditolak karena kalau satu rumah sakit harus mengeluarkan Rp 100 miliar, bagaimana?" tanya Prabowo. Baca juga: Prabowo: Sekarang Saja Enggak Bisa Bayar Rumah Sakit, Bagaimana 5 Tahun Lagi?

Defisit keuangan BPJS adalah isu yang serius, namun hanya sedikit yang memperhatikan.

Penelusuran ekslusif AIMAN

Program AIMAN, mencoba mencari "korban" dari pelayanan Rumah Sakit yang menggunakan jasa BPJS Kesehatan.

Memang merepotkan menyortir ribuan peserta BPJS, terutama menyisir jenis penyakit dan lamanya. Perlu waktu. Namun, tak sulit mendapatkan warga peserta BPJS yang memiliki kisah yang kuat.

Akhirnya kami menemukan sosoknya. Ia tinggal di pusat kota Jakarta, di Tambora, Jakarta Barat. Saya masuk ke sebuah gang kecil dan menemukan Slamet, seorang lelaki berusia 37 tahun yang lemah terkulai.  Tinggi Slamet menyusut 12 cm dalam beberapa bulan terakhir.

Ia menderita gagal ginjal kronis. Penyakit lain yang menyusul adalah osteoporosis alias pengeroposan tulang. Ia terbaring di tempat tidur. Bergerak dengan kursi roda. Mungkin untuk selamanya.

Ia harus bolak-balik ke rumah sakit untuk cuci darah yang merupakan penyambung hidupnya. “Saya akan mati jika tak cuci darah 2 kali seminggu di Rumah Sakit Sumber Waras (Jakarta Barat),” kata dia.

Suasana pelayanan petugas di kantor BPJS Kesehatan Pangkal Pinang.KOMPAS.com/HERU DAHNUR Suasana pelayanan petugas di kantor BPJS Kesehatan Pangkal Pinang.

Selain cuci darah, ia juga harus berobat ke RSCM, Jakarta Pusat, untuk osteoporosisnya. Ia juga harus menebus obat suntik untuk ia suntik sendiri guna menghilangkan rasa sakit akibat pengeroposan tulang.

Tahu berapa harga obatnya? Rp 2 juta. Obat seharga itu habis dalam 2 pekan.

Mirisnya, obat itu harus ia beli dengan biaya sendiri karena tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Karena tak mampu, ia harus rela menahan rasa sakit di sendi tulangnya sepanjang waktu. Tak ada yang bisa ia lakukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait 'Food Estate' Ke Kementan

KPK Bakal Usut Dugaan Oknum BPK Minta Rp 12 Miliar Terkait "Food Estate" Ke Kementan

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Sewa 'Private Jet' SYL Rp 1 Miliar

Pejabat Kementan Tanggung Sewa "Private Jet" SYL Rp 1 Miliar

Nasional
Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Pejabat Kementan Tanggung Kebutuhan SYL di Brasil, AS, dan Arab Saudi

Nasional
Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Gubernur Maluku Utara Akan Didakwa Terima Suap dan Gratifikasi Rp 106,2 Miliar

Nasional
MK Jadwalkan Putusan 'Dismissal' Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

MK Jadwalkan Putusan "Dismissal" Sengketa Pileg pada 21-22 Mei 2024

Nasional
Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Mahfud Ungkap Jumlah Kementerian Sudah Diminta Dipangkas Sejak 2019

Nasional
Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Tanggapi Ide Tambah Kementerian, Mahfud: Kolusinya Meluas, Rusak Negara

Nasional
[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

[POPULER NASIONAL] Perbandingan Jumlah Kementerian Masa Megawati sampai Jokowi | Indonesia Kecam Serangan Israel ke Rafah

Nasional
Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 12 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 11 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com