Setidaknya, 3-4 hari dalam sepekan ia menghabiskan waktu di rumah sakit sepanjang hari. Pelayanan BPJS Kesehatan perlu menunggu hingga 12 jam sekali berobat.
Bedakan dengan pelayanan umum yang membayar biasa, hanya 2 jam selesai!
Istri Slamet tidak bisa membantu mencari uang. Waktnya habis mengurus Slamet di rumah, di rumah sakit, dan dua anaknya. Salah satu anaknya masih balita.
Sungguh berat kehidupan yang dialami Slamet dan keluarganya. Kisahnya akan tayang dalam Program AIMAN malam nanti, Senin (3/12/2018) pukul 20.00.
Slamet dan istrinya berada di ujung asa. Rumah satu-satunya milik mereka yang hanya seluas kamar tidur rencananya akan mereka jual.
Saya bertanya, lalu di mana akan tinggal? Slamet dan istrinya menjawab dengan gelengan kepala.
Saya kembali mencari informasi lain. Saya mendatangi Rumah Sakit Sumber Waras. Sayang, pengurus rumah sakit tidak bersedia diwawancara. Salah seorang petugas meminta saya kembali di lain hari.
Saya tidak menyerah. Saya mendatangi pusat pelayanan BPJS di Rumah Sakit ini.
Di sana saya bertemu seorang kakek berusia 77 tahun. Adiem bersama istrinya, Tarisa, tengah menunggu obat jantung di sore hari itu.
Saya bertanya, sejak jam berapa Kakek Adiem menunggu? Dari subuh, jawab dia.
Sore itu, ia masih menunggu obat jantung yang menurut informasi akan diterimanya pukul 19.00. Ia bercerita, semua rumah sakit yang pernah ia datangi sama pelayanannya. Ia pernah ke RS Pelni, Jakarta Pusat, dan RS Tarakan Jakarta Barat. Antreannya panjang.
Ia tak perlu mengantre jika menggunakan pelayanan umum non-BPJS. Maksimal 2 jam selesai.
Saya kemudian menemui Direktur Utama BPJS Kesehatan yang merupakan mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Fahmi Idris. Saya tumpahkan semua pertanyaan yang muncul dari hasil penelusuran saya.
Jawaban lengkap Fahmi Idris bisa Anda saksikan dalam program AIMAN malam nanti.
Saya lantas berpikir, jangan-jangan ada jutaan warga Indonesia yang berharap Pemilu berlangsung setiap tahun.
Karena pada saat pemilu, ada banyak kepentingan warga yang terekspos dan menjadi bahasan. Di luar waktu Pemilu, para pejabat dan politisi biasanya tak memilih bahasan ini.
Semoga tidak begitu kejadiannya. Sungguh, kepentingan hidup warga negara yang membutuhkan layanan kesehatan jauh lebih penting dari kontestasi politik 5 tahunan.
Saya Aiman Witjaksono.
Salam.