JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menilai, tidak ada salahnya dengan politik identitas yang memuat unsur SARA. Asalkan, politik identitas tersebut digunakan untuk hal positif.
Hal itu disampaikan Hidayat mengomentari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang menilai politik identitas semakin mengemuka setelah Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Kalau kita di Indonesia itu kan kita sepakat Ketuhanan YME sila yang pertama. Kalau kita menggunakan pendekatan ada unsur SARA, apa bertentangan? Yang penting adalah jangan sampai SARA itu dipakai justru untuk menghadirkan konflik," ujar Hidayat di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (12/11/2018).
Baca juga: SBY: Politik Identitas Makin Mengemuka Setelah Pilkada DKI Jakarta
Hidayat mengatakan, SARA bisa menjadi pengingat tentang Bhineka Tunggal Ika. SARA yang positif, menurut Hidayat, adalah mengakui Indonesia terdiri dari beragam suku dan agama, tetapi tidak menjadikannya konflik.
"Jangan kemudian kalau orang bicarakan agama kemudian disebut SARA, saya kira enggak," ujar Hidayat.
"Justru menjadikan suku agama ras itu adalah faktor yang menguatkan ke-Indonesiaan kita mengokohkan ke-Binekaaan Tunggal Ika kita dan mengokohkan Pancasila kita," kata dia.
Sebelumnya, SBY menilai politik identitas semakin mengemuka setelah Pilkada DKI Jakarta 2017 silam.
Baca juga: 15 Parpol Deklarasikan Pemilu Damai, Janji Tak Akan Angkat Isu SARA
Ia menyadari, identitas sosial dan ideologi tak mungkin dipisahkan dari politik. Namun, ia menilai, hal itu tak baik jika sudah ekstrem pengaruhnya.
Apa lagi, sambung SBY, Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki riwayat panjang konflik ideologi dan identitas. Konflik tersebut terjadi sejak era kepresidenan Soekarno hingga sekarang.
Karena itu, ia berharap politik identitas dan SARA tidak esktrem pengaruhnya dalam Pemilu 2019.
"Jangan sampai menjdi ekstrem, lihat apa yang terjadk di banyak negara di dunia saat ini, bukan hanya di Timur Tengah, tapi juga di negara lain yang mengalami mala petaka besar karena politik identitas, politik dengan kebencian yang mendalam, benturan ideologi," kata SBY.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.