Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perdebatan Tak Substansial Dinilai Bikin Visi Misi Capres Tak Tersampaikan

Kompas.com - 09/11/2018, 22:19 WIB
Jessi Carina,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Persaingan antara dua pasangan calon presiden dan wakil presiden saat ini dinilai masih jauh dari substantif. Perdebatan baru sampai pada adu melontarkan kalimat kontroversial.

Sebut saja "tampang Boyolali", "politisi sontoloyo", "tempe setipis ATM", hingga yang paling baru ada "politik genderuwo". Istilah-istilah itu menciptakan polemik dan perdebatan panjang masyarakat. 

Perdebatan itu menjalar hingga media sosial. Di dunia maya, perdebatan nirsubstansi yang bercampur dengan hoaks kian membuat makna kampanye menjadi bias. 

Direktur Eksekutif Indonesia New Media Watch Agus Sudibyo mengatakan akibat keramaian ini, visi misi calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno menjadi tidak bisa tersampaikan.

Baca juga: Soal Dana Kelurahan, Politisi Sontoloyo, dan Klarifikasi Jokowi...

"Semuanya masih sibuk dengan hoaks. Itu noise, itu bikin bising, dan saya khawatir ini membuat swing voters tidak berminat," ujar Agus di Kantor PARA Syndicate di Jalan Wijaya Timur, Jumat (9/11/2018).

Padahal, pernyataan-pernyataan kotroversial itu tidak akan berdampak banyak bagi pasangan calon. Baik pendukung Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Ma'ruf akan membahas pernyataan kontroversial itu di kalangan mereka saja.

"Oleh karena itu seharusnya kampanye simpatik yang lebih dominan," ujar Agus.

Peran media massa

Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas Tri Agung Kristianto menjelaskan bahwa media massa memiliki tugas untuk meminimalisasi hal-hal yang tidak konstruktif. Kata dia, media massa tidak hanya bertugas menyampaikan informasi, melainkan juga membangun masyarakat.

"Sekarang tugas wartawan tidak ringan. Tidak sekadar mendengar omongan orang. Wartawan punya tugas meng-create masyarakat menjadi lebih baik," kata Tri.

Pemimpin Redaksi Harian Republika Irfan Junaidi mengatakan media konvensional yang ada di Indonesia kini sudah jauh lebih baik. Bahkan, kata dia, media online sudah tidak lagi adu cepat berita.

"Dan memang harus berubah paradigma dari cepat-cepatan menjadi valid-validan," kata dia.

Baca juga: Tim Jokowi-Maruf Minta KPAI Aktif Cegah Pelibatan Anak dalam Kampanye Pilpres

Irfan mengatakan media juga sudah lebih baik dalam mengurangi kegaduhan di media sosial. Misalnya dengan menyediakan artikel pengecekan fakta. Hal ini bisa meluruskan hoaks yang beredar di media sosial. Termasuk informasi terkait pasangan capres dan cawapres.

"Jadi memang itu, posisi media memang harus menjadi penjernih," kata Irfan.

Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menambahkan, sudah saatnya diskusi terkait Pilpres berubah dari ujaran kebencian menjadi ujaran optimisme. Visi dan misi harus menjadi poin yang diperdalam dua pasangan calon dalam Pilpres ini.

"Dan media massa bisa menjadi kekuatan baru untuk membuat tahun politik ini menjadi lebih baik," kata dia.

Kompas TV Presiden Joko Widodo menyambut baik kesediaan Yusril Ihza Mahendra menjadi pengacaranya di Pilpres 2019. Jokowi yakin Yusril merupakan sosok yang profesional.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Sejumlah Bantuan Jokowi ke Prabowo Siapkan Pemerintahan ke Depan...

Nasional
Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Amankan World Water Forum 2024 di Bali, Korlantas Kirim 1.532 Polantas Gabungan

Nasional
Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Sudirman Said Angkat Bicara soal Isu Mau Maju Cagub Independen di Pilgub Jakarta

Nasional
Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Soal Revisi UU Kementerian Negara, Yusril Sebut Prabowo Bisa Keluarkan Perppu Usai Dilantik Jadi Presiden

Nasional
“Oposisi” Masyarakat Sipil

“Oposisi” Masyarakat Sipil

Nasional
Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Soal Pernyataan Prabowo, Pengamat: Ada Potensi 1-2 Partai Setia pada Jalur Oposisi

Nasional
Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Pakar Nilai Ide KPU soal Caleg Terpilih Dilantik Usai Kalah Pilkada Inkonstitusional

Nasional
Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Pakar Pertanyakan KPU, Mengapa Sebut Caleg Terpilih Tak Harus Mundur jika Maju Pilkada

Nasional
Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Ogah Kerja Sama, Gerindra: Upaya Rangkul Partai Lain Terus Dilakukan

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Gerindra Pastikan Tetap Terbuka untuk Kritik

Nasional
Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Kabinet Prabowo: Antara Pemerintahan Kuat dan Efektif

Nasional
Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com