Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Partai Berkarya Sayangkan Usul Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Belum Dikabulkan

Kompas.com - 09/11/2018, 09:07 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Berkarya menyayangkan pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang hingga saat ini belum memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 RI HM Soeharto.

Hal itu disampaikan Ketua DPP Partai Berkarya Badarudin Andi Picunang melalui siaran persnya, Jumat (9/11/2018).

"Partai Berkarya prihatin atas usulan gelar Pahlawan Nasional pada Presiden ke-2 RI H.M Soeharto yang belum terkabulkan sejak 10 tahun terakhir," ujar Andi.

Menurut dia, usulan partai politik yang pernah mendorong pemberian gelar pahlawan nasional bagi Soeharto kini justru meredup karena adanya kepentingan politik.

Baca juga: Sosok Pahlawan Nasional Abdurrahman Baswedan di Mata Anies Baswedan...

"Ada usulan partai tertentu yang minta agar itu direalisasikan. Tapi kandas di tengah jalan dengan berbagai alasan," ujar Andi.

"Bahkan, partai itu sempat mendudukkan kadernya sebagai Menteri Sosial di mana kementerian tersebut adalah tempat untuk menggodok nama calon pahlawan nasional sebelum ditandatangani Presiden. Karena kepentingan politik, semangat usulan itu redup hingga kini," lanjut dia.

Partai Berkarya menilai, Soeharto berjasa dalam perjuangan mengisi kemerdekaan, pemberantasan Partai Komunis Indonesia (PKI), dan membangun Indonesia yang makmur selama 32 tahun berkuasa.

Predikat "Bapak Pembangunan", kata Andi, hingga saat ini masih melekat pada diri Soeharto.

"Wacana Trilogi pembangunan, yakni stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan yang dibangunnya saat berkuasa masih terasa hingga saat ini dan tetap dibutuhkan bangsa ini," ujar Andi.

Baca juga: Kakeknya Dianugerahi Pahlawan Nasional, Anies Baswedan Apresiasi Pemerintah

Diketahui, usulan agar pemerintah mengaungerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto telah muncul sejak lama.

Pada 2016, Golkar menggulirkan wacana itu melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) di Bali.

Namun, usulan itu menuai polemik di publik.

Ada yang berpendapat Soeharto tak memenuhi syarat sebagaimana tertuang dalam huruf b dan d pada Pasal 25 Undang-Undang Nomor 29 tentang Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, yakni "memiliki integritas moral dan keteladanan" dan "berkelakuan baik."

Hal ini dikaitkan dengan perkara penyelewengan dana Yayasan Supersemar milik Soeharto beserta keluarganya.

Pemerintah pernah menggugat Soeharto (tergugat I) dan Yayasan Supersemar (tergugat II) atas dugaan penyelewengan dana beasiswa Yayasan Supersemar.

Sebab, dana yang seharusnya diberikan kepada siswa/mahasiswa itu ternyata disebut disalurkan kepada sejumlah perusahaan.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo SOEHARTO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com