JAKARTA, KOMPAS.com - Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arya Sinulingga, menilai tak ada motif politik dalam pemberian gelar pahlawan, khususnya kepada Abdurrahman Rasyid Baswedan, kakek dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Hal itu, kata dia, sekaligus menunjukan Presiden Joko Widodo tak memiliki sentimen pribadi terhadap Anies meskipun keduanya berbeda haluan politik. Diketahui, Anies diusung dua partai oposisi yakni Gerindra dan PKS di Pilkada DKI Jakarta.
"Kakeknya Mas Anies itu kita lihat ternyata memenuhi untuk pahlawan. Justru menunjukan bahwa Pak Jokowi ini tidak punya sentimen pribadi," kata Arya di Posko Cemara, Menteng, Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Arya mengatakan Jokowi tak pernah memiliki sentimen pribadi kepada pihak yang berbeda pilihan politiknya.
Baca juga: Ke Istana, Anies Wakilkan Sang Kakek Terim Gelar Pahlawan Nasional dari Jokowi
Hal itu, kata Arya, juga tercermin dari sikap pemerintah yang selalu mendampingi pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab yang sempat diperiksa oleh diperiksa aparat keamanan Arab Saudi.
Arya mengatakan, pemerintah tak lepas tangan dan terus memberikan perlindungan kepada Rizieq Shihab selaku WNI.
"Maka itu adalah sikap Pak Jokowi yang tidak melihat bahwa ada permusuhan. Dengan Pak Anies itu enggak ada permusuhan kok," ujar Arya.
"Kemarin itu yang cek MRT kan sama Pak Anies dia. Artinya enggak ada sesuatu. Saya lihat juga kakeknya Mas Anies itu layak jadi pahlawan. Kalau dijadikan pahlawan emang Mas Anies langsung pindah (dukungan), kan enggak," lanjut dia.
Presiden Joko Widodo, Kamis (8/11/2018), menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada enam orang di Istana Negara, Jakarta.
Keenam orang itu, yakni:
1. Alm Abdurrahman Baswedan, tokoh dari Yogyakarta
2. Alm Pangeran Mohammad Noor, tokoh dari Kalimantan Selatan
3. Alm Agung Hajjah Andi Depu, tokoh dari Sulawesi Barat
4. Alm Depati Amir, tokoh dari Bangka Belitung
5. Alm Kasman Singodimejo, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah