Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanggapi Jokowi, BPJS Mengaku Sudah Gencarkan Penagihan Iuran

Kompas.com - 26/10/2018, 16:19 WIB
Ihsanuddin,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengaku sudah melakukan berbagai cara untuk menggencarkan penagihan iuran kepada peserta.

Hal ini disampaikan Kepala Humas BPJS Kesehatan Iqbal Anas Ma'ruf menanggapi permintaan Presiden Joko Widodo agar BPJS menggencarkan penagihan iuran.

Pertama, menurut Iqbal, BPJS sudah menyiapkan cara pembayaran yang bervariasi untuk memenuhi kebutuhan peserta dan memudahkan.

"Ada bank, ATM, kartu kredit, fintech seperti Traveloka, Gopay, Tokopedia, paytren dan lain-lain," kata Iqbal kepada Kompas.com, Jumat (26/10/2018).

Baca juga: Kata Jokowi, BPJS Kesehatan Defisit karena Banyak yang Tak Bayar Iuran

Selain itu, BPJS juga sudah mewajibkan peserta kelas 1 dan 2 untuk memiliki rekening. Peserta kategori ini harus membuat surat pernyataan bahwa mereka bersedia tabungan di rekeningnya dipotong otomatis tiap bulan untuk pembayaran iuran.

"Autodebet ini kita syaratkan penuh 2018," kata Iqbal.

Bagi peserta kelas 3, dibebaskan dari ketentuan autodebet. Namun, BPJS juga tak bosan-bosan untuk mengingatkan peserta mengenai tagihan yang harus dibayarkan.

"Kita melakukan penagihan dengan SMS blast dan by phone," kata Iqbal.

Tak hanya itu, BPJS juga sudah bekerja sama dengan kader JKN untuk mengingat dan mengumpulkan iuran peserta JKN-KIS.


Jika ada Peserta Bukan Penerima Upah (PBPU)/mandiri yang sudah menunggak cukup lama, maka akan dilakukan pendekatan ke pemerintah daerah untuk bisa menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dengan ditanggung dari APBD dari pemda.

Presiden Jokowi sebelumnya menyebut defisit yang melanda BPJS Kesehatan disebabkan karena banyak masyarakat yang belum membayar iuran.

"Disini ada tagihan-tagihan yang belum tertagih," kata Presiden Jokowi usai menghadiri Muktamar XXX Ikatan Dokter Indonesia, di Samarinda, Kalimatan Timur, Kamis (25/10/2018).

Baca juga: BPJS Belum Diajak Bicara soal Rencana Subsidi dari Pemerintah

Menurut Jokowi, defisit BPJS saat ini hanya terjadi pada kategori non-peserta bantuan iuran (PBI). Sementara, masyarakat miskin yang masuk kategori PBI serta kategori PNS, TNI, Polri tidak mengalami defisit.

"PBI itu sebenarnya tidak defisit, seingat saya masih sisa Rp 3 triliun sampai Rp 4 triliun. Untuk (kategori) PNS dan TNI/Polri sisa mungkin Rp 1 triliun lebih sedikit? Yang tekor ini yang non PBI," kata Jokowi.

Oleh sebab itu, kata Jokowi, penagihan peserta non PBI kedepannya harus lebih dimaksimalkan untuk menghindari BPJS dari defisit berkepanjangan.

"Ini harusnya digencarkan yang iuran ini," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com