Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kata Ketua MA soal Polemik "Justice Collaborator"

Kompas.com - 09/10/2018, 14:13 WIB
Abba Gabrillin,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali mengatakan, terdakwa yang ditetapkan sebagai justice collaborator oleh penegak hukum, tidak serta merta akan dinilai sama oleh hakim. Menurut Hatta, hakim pada tingkat apapun berhak menguji ulang status tersebut.

"Hakim akan menilai, memenuhi syarat atau tidak. Takutnya nanti semua orang bilang jadi justice collaborator bagaimana?" Kata Hatta saat ditemui di Gedung MA, Jakarta Pusat, Selasa (9/10/2018).

Menurut Hatta, penilaian hakim nantinya bisa saja sama dengan penetapan penegak hukum. Tetapi, tidak menutup kemungkinan hakim akan berbeda pendapat.

Baca juga: Hukuman Tiga Justice Collaborator Diperberat, Apa Kata KPK?

Misalnya, hakim menilai terdakwa adalah pelaku utama dalam tindak pidana yang dilakukan, sehingga tidak memenuhi syarat dan kualifikasi sebagai saksi pelaku yang bekerja sama dengan penegak hukum.

Sebelumnya, status justice collaborator menjadi polemik antara Mahkamah Agung dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sejumlah terdakwa yang ditetapkan sebagai justice collaborator oleh KPK justru diperberat hukumannya oleh hakim pada tingkat banding maupun kasasi.

Salah satunya adalah terdakwa dalam kasus korupsi pengadaan Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP) Andi Agustinus alias Andi Narogong.

Pada pengadilan tingkat pertama 21 Desember 2017, Andi divonis 8 tahun penjara ditambah denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan kurungan ditambah kewajiban membayar uang pengganti sebesar 2,15 juta dolar AS dan Rp 1,186 miliar.

Andi divonis ringan karena mendapat predikat sebagai justice collaborator. Kesaksian Andi dinilai signifikan membantu KPK dalam mengungkap pelaku lainnya yang lebih besar.

Baca juga: Hakim Anggap Andi Narogong Pelaku Utama dan Persoalkan Status Justice Collaborator

Namun, Pengadilan Tinggi Jakarta pada 28 Maret 2018, memvonis Andi selama 11 tahun penjara ditambah denda Rp 1 miliar subsider 6 bulan kurungan serta wajib membayar uang pengganti sebesar 2,15 juta dolar AS dan Rp 1,186 miliar subsider 3 tahun kurungan.

Jaksa KPK yang keberatan dengan putusan itu mengajukan kasasi ke MA. Namun, bukannya diringankan, hukuman Andi justru diperberat menjadi 13 tahun penjara.

Perbedaan pandangan antara KPK dan hakim tersebut dikhawatirkan akan membuat para tersangka dan terdakwa enggan bekerja sama untuk mengungkap suatu perkara korupsi.

Kompas TV Fayakun Andriadi mengajukan diri sebagai "justice collaborator".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Di Depan Prabowo, Politisi PAN Berdoa Jatah Menteri Lebih Banyak dari Perkiraan

Nasional
Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Ditjen Imigrasi Periksa 914 WNA, Amankan WN Tanzania dan Uganda karena Diduga Terlibat Prostitusi

Nasional
Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Disambut Hatta Rajasa, Prabowo Hadiri Rakornas Pilkada PAN

Nasional
Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Tambah Dua Tanker Gas Raksasa, Pertamina International Shipping Jadi Top Tier Pengangkut LPG Asia Tenggara

Nasional
Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan 'Food Estate'

Jaksa KPK Diminta Hadirkan Auditor BPK yang Diduga Terima Suap Terkait Temuan "Food Estate"

Nasional
Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Kakorlantas Minta Personel Pengamanan WWF di Bali Jaga Etika

Nasional
KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

KPU Pastikan Verifikasi Data Dukungan Calon Perseorangan Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com