PASANGAN calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin diperkuat oleh 100 juru bicara (jubir) dalam kampanye pilpres. Ada sejumlah alasan teknis dan non-teknis yang dikemukakan terkait besarnya jumlah personel tersebut.
Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan kabar sebelumnya yang pernah dirilis Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto, yang mengatakan masing-masing partai koalisi diminta menyediakan 25 jubir.
Jika merujuk jumlah tersebut dari partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK) yang tergabung setidaknya ada 225 juru bicara.
Bahkan, untuk memantapkan tugas tersebut telah digelar pelatihan jubir yang berlokasi di Hotel Oria, Jakarta Pusat, pada Senin (13/8/2018). Peserta pelatihan ada dari kalangan artis, anggota DPR, lawyer, akademisi, dan dari kalangan insan pers.
Baca juga: 100 Orang Ditunjuk Jadi Jubir Jokowi-Maruf Amin
Menimpali situasi tersebut, tim sukses pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Salahudin Uno menerapkan strategi yang sebaliknya. Setidaknya, ini jika merujuk pernyataan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zuklifli Hasan yang menyatakan jubir berjumlah sedikit.
Baca juga: Zulkifli: Jubir kalau 100 Semuanya Bicara, Susah...
Gendang kompetisi belum resmi ditabuh, namun riuhnya sudah terdengar nyaring. Musababnya karena laku lampah para jubir yang memantik kontroversi.
Misal, cuitan pengacara artis Farhat Abbas @farhatabbastv226 yang sempat mengunggah foto dirinya ditambahi tulisan Pak Jokowi adalah Presiden yang menuntun Indonesia masuk surga.
"Yang Pilih Pak Jokowi Masuk Surga! Yang Gak Pilih Pak Jokowi dan Yang Menghina, Fitnah & Nyinyirin Pak Jokowi ! Bakal Masuk Neraka ! ( jubir-Indonesia)".
Sontak saja cuitan itu menuai kontra, baik bagi penantang maupun internal koalisi Jokowi yang menganggapnya kontraproduktif.
Baca juga: Unggahan Farhat Abbas soal Pilih Jokowi yang Berujung Teguran dan Permintaan Maaf...
Tak cukup sampai di situ, saling sindir juga terjadi antar-jubir kedua pasangan capres dan cawapres ini.
Sekjen PSI Raja Juli Antoni, misalnya, mendapat sindiran dari politikus dan selebtweet Partai Demokrat, Cipta Panca Laksana. Sindirannya terkait jumlah tim kampanye pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin yang mencapai 5.279 orang.
Panca menyindir dengan menggunakana kalimat tanya "Bagaimana kabar rombongan sirkus?"
Pemilihan kata tersebut seakan membangun pesan konfirmasi dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Raja Juli sepekan sebelumnya terkait pernyataan Ketua tim pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Djoko Santoso, bahwa tim pemenangan pusat pasangan tersebut berjumlah total 800 orang.
Riuh dan polemik tidak bertepi, isu sampiran semacam itu datang silih berganti, mengisi ruang publik bukan hanya tanpa narasi melainkan juga miskin visi dan misi. Tong kosong namun nyaring bunyinya.
Sikap para jubir yang seperti itu sesungguhnya sedang menegasikan terwujudnya pemilihan presiden yang rasional, damai, demokratis, dan kaya gagasan.