Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ali Mochtar Ngabalin: #2019GantiPresiden Mengesankan Kebelet Berkuasa

Kompas.com - 04/07/2018, 12:32 WIB
Fabian Januarius Kuwado,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin, menyoroti kian masifnya gerakan tanda pagar #2019GantiPresiden.

Menurut dia, gerakan tagar tersebut sudah terbukti tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat luas. Hal itu tercermin dari hasil Pilkada Serentak 2018 versi hitung cepat.

"Siapa pun yang kampanye pakai tagar itu, pasti tidak dapat simpati rakyat. Terbukti, semua calon kepala daerah di pilkada kemarin yang pakai tagar itu tidak mendapat dukungan pemilih," ujar Ali kepada Kompas.com, Rabu (4/7/2018).

Catatan Kompas.com mengenai hasil pilkada di Pulau Jawa, berdasarkan versi hitung cepat, pasangan kepala daerah yang diusung partai politik pendukung Jokowi, mendapatkan suara tertinggi.

Pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, Ganjar Pranowo-Taj Yasin, dan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak menang di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

Baca juga: PPP: Kemenangan RK-Uu, Ganjar-Yasin, dan Khofifah-Emil Memudarkan #2019gantipresiden

Adapun, calon yang diusung dari dua partai politik yang identik dengan rival Jokowi pada Pilpres 2019, yakni Partai Gerindra dan PKS, kalah versi hitung cepat dalam pilkada tingkat di provinsi di Pulau Jawa.

Namun, tentu saja hasil Pilkada Serentak 2018 di Pulau Jawa itu disertai catatan kalahnya calon yang diusung PDI-P di Jawa Barat dan Jawa Timur. Selama ini, PDI-P memang pengusung utama Presiden Joko Widodo.

Ali Mochtar melanjutkan, masyarakat tidak mendukung gerakan tersebut karena Indonesia memiliki karakteristik yang lembut dalam berpolitik.

"Latar belakang masyarakat Indonesia itu ramah-tamah. Adat Melayu, orang suka yang teduh-teduh, bermoral dan berakhlak, tidak memaksakan sesuatu dengan tagar seperti itu. Yang seperti-seperti itu tidak diterima," ujar Ali Mochtar.

"Oleh sebab itu, tagar #2019GantiPresiden menurut pengamatan Bang Ali adalah cara yang sebetulnya terkesan dia kepengin banget berkuasa, kebelet berkuasa dan tidak memperhatikan tata krama dalam berpolitik," kata politikus Partai Golkar tersebut.

Baca juga: Tagar #2019GantiPresiden yang Masif dan Perlawanan Relawan Jokowi...

Ali Mochtar pun mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang terlibat di dunia politik, untuk berpolitik dengan menyesuaikan diri pada karakter bangsa Indonesia sendiri.

Ia juga mengajak perdebatan ganti atau tidak ganti presiden dialihkan kepada sesuatu yang bersifat programatik, ide dan gagasan demi perubahan masyarakat.

"Karena itu, saya mau bilang, berpolitiklah dengan santun, penuh peradaban sesuai masyarakat agamis, memiliki moral dan etika sehingga rakyat itu memberikan dukungan dan simpati kepada anda," ujar Ali Mochtar.

Tanda pagar #2019GantiPresiden memang kian masif disuarakan pihak oposisi. Setelah dikukuhkan sebagai sebuah gerakan masyarakat pada 6 Mei 2018 lalu, penggunaan tagar itu semakin mewarnai dinamika politik di ruang publik Tanah Air.

Ketua DPP Projo Budi Arie Setiadi mengatakan, gerakan tagar tersebut adalah bagian aspirasi politik masyarakat yang dimobilisasi oleh partai politik oposisi pemerintah. Namun, pihaknya tidak gentar dengan masifnya serbuan kampanye itu.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com