JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Fadli Zon meminta pemerintah membenahi keselamatan angkutan laut atau perairan.
Fadli menilai, penyebab utama terjadinya kecelakaan transportasi laut dan besarnya jumlah korban adalah akibat lemahnya pengawasan.
Untuk kasus KM Sinar Bangun misalnya, Fadli mempertanyakan bagaimana kapal penumpang tak punya manifes dan diizinkan berlayar.
"Itu semua menunjukkan pengawasan sektor transportasi laut memang sangat minim. Pemerintah tidak boleh terus-menerus hanya mengurusi jalan tol atau bandara saja dan mengabaikan moda transportasi lainnya," kata Fadli dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/8/2018).
Baca juga: Luhut Ungkap Beberapa Faktor Penyebab Tenggelamnya KM Sinar Bangun
Seperti diketahui dalam sepekan, ada 2 kapal motor (KM) di Danau Toba, Sumatera Utara, yang tenggelam. Pertama yaitu, KM Sinar Bangun, Senin (18/6/2018) dan kemarin, Jumat (22/6/2018), KM Ramos Risma Marisi.
Berdasarkan data dari Kantor SAR Medan, kata Fadli, sejauh ini jumlah korban selamat KM Sinar Bangun ada 19 orang, 3 orang ditemukan meninggal dunia, dan masih ada sekitar 184 orang yang dalam proses pencarian.
Sementara, korban hilang KM Ramos tercatat 1 orang, 4 lainnya selamat.
Baca juga: GMKI Kritik Penanggulangan Insiden Tenggelamnya KM Sinar Bangun Tak Maksimal
Fadli mengatakan, pemerintah tidak cukup hanya memberikan santunan kepada para keluarga korban.
"Selain memberikan santunan dan jaminan untuk para korban, hal mendesak yang perlu segera dilakukan pemerintah adalah membenahi sektor transportasi laut, termasuk danau," kata
Fadli mengatakan, pemerintah selalu mengklaim keberhasilan pembangunan tol laut, poros maritim, dan sejenisnya. Namun faktanya, tingkat kecelakaan laut di Indonesia justru terus meningkat, khususnya angka kecelakaan kapal penumpang.
Baca juga: GMKI Dirikan Posko Konseling Bagi Keluarga Korban KM Sinar Bangun
"Bulan Juni 2018 saja, saya catat ada empat kasus tenggelamnya kapal yang mengangkut penumpang," kata politisi Partai Gerindra ini.
Selain kecelakaan KM Sinar Bangun dan KM Ramos, kurang dari seminggu sebelumnya juga terjadi kasus tenggelamnya KM Albert di Pulau Maspari, Sumatera Selatan, serta KM Arista yang tenggelam di Perairan Gusung, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar.
"Menurut saya, kecelakaan laut beruntun yang terjadi menjelang dan sesudah Lebaran ini perlu dievaluasi serius," kata dia.
Baca juga: Tragedi KM Sinar Bangun, GMKI Bentuk Tim Investigasi Independen
Fadli mengatakan, angka kecelakaan transportasi udara dengan kereta api di Indonesia sebenarnya telah menurun signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, khusus untuk transportasi laut, angka tahun lalu saja angkanya naik hampir 100 persen jika dibandingkan angka tahun 2016.
Menurut data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), tahun 2016 jumlah kecelakaan laut hanya sebanyak 18. Namun sepanjang tahun 2017, angkanya meningkat menjadi 34 kecelakaan.
Baca juga: Gerindra: Tenggelamnya KM Sinar Bangun adalah Tragedi Nasional