Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lumpuhkan Belanda, TNI AU Hanya Bermodalkan Tiga Pesawat Tempur dan Senter untuk Navigasi

Kompas.com - 09/04/2018, 18:25 WIB
Rakhmat Nur Hakim,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - TNI Angkatan Udara (AU) punya peran penting dalam membela kedaulatan NKRI sejak masih seumur jagung. Hal itu diperlihatkan oleh TNI AU saat membalas serangan Belanda pada Agresi Militer I, 21 Juli 1947.

Saat itu, awalnya Belanda banyak mengerahkan operasi udara untuk membombardir seluruh potensi kekuatan militer Indonesia, terutama kekuatan udara. Salah satu pusat kekuatan udara Indonesia yang hendak dihancurkan Belanda ialah Pangkalan Udara Maguwo, di Yogyakarta.

Dikutip dari buku Sejarah TNI Angkatan Udara  Jilid 1, selama 40 menit, empat pesawat pemburu milik Belanda menjatuhkan bom di atas lapangan terbang Maguwo dan Wonocatur yang menyebabkan kebakaran di beberapa lokasi pangkalan udara tersebut.

Pada 25 Juli 1947, Belanda kembali membombardir Maguwo dengan Pesawat P-40 Kitty Hawk. Serangan tersebut dibalas oleh perlawanan dari darat. Alhasil satu pesawat Belanda terkena tembakan dari darat dan melarikam diri ke Solo.

Baca juga : Kisah Mendebarkan Pesawat RI-001 Selundupkan Senjata Pasca Kemerdekaan

Dalam serangan tersebut, Belanda turut menyerang Pangkalan Udara Bugis (Malang), Maospati (Madiun), Panasan (Solo), Cibeureum (Tasikmalaya), dan Kalijati (Subang). Serangan Belanda tersebut memang melumpuhkan sebagian besar hasil pembinaan kekuatan udara Indonesia yang telah dirintis selama dua tahun pasca-kemerdekaan.

Namun, TNI AU tak kehilangan akal. Mereka menyelamatkan dan menyembunyikan pesawat tempur yang tersisa. Cara tersebut dianggap bisa mengelabui Belanda, seolah menunjukan Indonesia tak lagi memiliki kekuatan udara untuk balas menyerang.

Serangan balasan pun dimulai. Strateginya dengan memanfaatkan armada yang serba terbatas. Operasi yang dipimpin oleh Komodor Muda Halim Perdanakusuma itu memutuskan untuk menyerang kekuatan udara Belanda di Semarang dan Salatiga.

Berbekal lampu senter untuk navigasi

Pagi hari (29 Juli 1947), pukul 05.00 WIB, gelap masih menyelimuti Pangkalan Udara Maguwo. Kadet Penerbang Mulyono mulai lepas landas menggunakan Pesawat Guntai yang dulunya milik tentara Jepang.

Semula, pesawat itu akan dikawal Pesawat Hayabusha Nakajima Army yang juga milik Jepang namun rencana tersebut urung terlaksana lantaran terkendala kelayakan mesin dan persenjataan.


Halim pun memutuskan untuk menggunakan Pesawat Guntai saja saat menyerang Belanda di Semarang. Pesawat Guntai tak memiliki peralatan navigasi yang memadai seperti rambu radio. Penerbang juga dilarang menggunakan lampu navigasi untuk menghindari deteksi dari radar milik Belanda.

Para awak pesawat hanya dibekali lampu senter sebagai alat komunikasi melalui isyarat lampu. Selain itu, untuk mengecoh musuh, mereka menempuh rute yang berlawanan terlebih dahulu, baru setelah itu menuju sasaran.

Serangan udara dilakukan di dua tempat yakni Semarang bagian atas dan bawah. Enam buah bom yang dibawa Pesawat Guntai.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Jokowi Sebut Penyusunan Kabinet Mendatang Hak Prerogatif Prabowo

Nasional
Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Temui Warga Aceh Usai Pilpres, Cak Imin Janji Lanjutkan Perjuangan

Nasional
Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Timnas Akan Hadapi Guinea untuk Bisa Lolos ke Olimpiade, Jokowi: Optimistis Menang

Nasional
KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

KPK Sebut Penyidik Bisa Jemput Paksa Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor

Nasional
TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

TNI AD Mulai Tanam Padi di Merauke, KSAD: Selama Ini Hasilnya Kurang Baik

Nasional
KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

KPK Mengaku Bisa Tangkap Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Kapan Saja

Nasional
Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Abaikan PDI-P, MPR: Tak Ada Alasan untuk Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com