SINGAPURA, KOMPAS.com - Spekulasi mengenai siapa yang akan mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden 2019 terus bermunculan.
Wartawan senior Selandia Baru yang pernah bertugas di Indonesia, John McBeth, memunculkan dua nama yang sedang dipertimbangkan dengan sangat serius dan berpotensi menjadi pendamping Jokowi untuk 2019.
Dalam tulisannya di Asia Times, Selasa (21/3/2018), McBeth menyebut nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Sosok Mahfud yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama dianggap dapat membantu Jokowi untuk memikat pemilih dari kalangan Islam. Selain itu, pengalaman Mahfud sebagai Ketua MK juga dianggap menjadi nilai lebih.
McBeth bahkan menyebut bahwa Mahfud telah bertemu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, yang disebut memiliki peran dalam pemenangan Jokowi pada Pilpres 2019.
Mahfud tidak membantah bahwa memang ada pertemuan dengan Luhut pada 8 Maret lalu. Namun, saat itu mereka bertemu dalam rangka acara ulang tahun Ibu Sinta Nuriyah Wahid.
Akan tetapi, Mahfud menampik bahwa sudah ada ajakan langsung dari Jokowi atau orang sekitar Presiden ketika.
"Belum, belum ada ajakan secara langsung dari Pak Jokowi," ucap Mahfud saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/3/2018).
(Baca juga: Mahfud MD: Saya Siap Berdialog soal Jadi Cawapres Jokowi)
Mahfud tak mengejar
Mahfud menambahkan, memang ada diskusi mengenai masa depan Indonesia, termasuk kepemimpinan nasional menyongsong Pemilu 2019 dengan sejumlah kalangan baik dengan orang dekat Jokowi atau tidak.
Ketika ditanya lebih jauh mengenai pernyataan kesediannya menjadi pendamping Jokowi jika ditawari dan mengapa dengan berani menyatakan, Mahfud mengatakan bahwa dia belum serius menanggapi soal pencawapresan ini.
"Buktinya saya seminggu terakhir ini ada di luar negeri, memenuhi undangan untuk ceramah. Saya biarkan saja wacana itu (pencawapresan) berkembang alamiah," kata mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid itu.
"Dulu di tahun 2013, saya sampai sering tidak bepergian karena ingin menjaga momentum. Persoalan Indonesia di masa depan sangatlah serius, harus dicari sosok yang benar-benar nasionalis dan berintegritas," kata Mahfud.
"Saya merasa wajib membiarkan proses seleksi berjalan baik dan membuka luas diskusi-diskusi untuk memunculkan calon alternatif lain," kata dia.