Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cawapres Jokowi, Mahfud MD dan Airlangga Dinilai Jadi Kandidat Kuat

Kompas.com - 22/03/2018, 16:49 WIB
Ericssen,
Ardi Priyatno Utomo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Sumber Asia Times


SINGAPURA, KOMPAS.com - Spekulasi mengenai siapa yang akan mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden 2019 terus bermunculan.

Wartawan senior Selandia Baru yang pernah bertugas di Indonesia, John McBeth, memunculkan dua nama yang sedang dipertimbangkan dengan sangat serius dan berpotensi menjadi pendamping Jokowi untuk 2019.

Dalam tulisannya di Asia Times, Selasa (21/3/2018), McBeth menyebut nama mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Sosok Mahfud yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama dianggap dapat membantu Jokowi untuk memikat pemilih dari kalangan Islam. Selain itu, pengalaman Mahfud sebagai Ketua MK juga dianggap menjadi nilai lebih.

McBeth bahkan menyebut bahwa Mahfud telah bertemu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, yang disebut memiliki peran dalam pemenangan Jokowi pada Pilpres 2019.

Mahfud tidak membantah bahwa memang ada pertemuan dengan Luhut pada 8 Maret lalu. Namun, saat itu mereka bertemu dalam rangka acara ulang tahun Ibu Sinta Nuriyah Wahid.

Akan tetapi, Mahfud menampik bahwa sudah ada ajakan langsung dari Jokowi atau orang sekitar Presiden ketika.

"Belum, belum ada ajakan secara langsung dari Pak Jokowi," ucap Mahfud saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/3/2018).

(Baca juga: Mahfud MD: Saya Siap Berdialog soal Jadi Cawapres Jokowi)

Mahfud tak mengejar

Mahfud menambahkan, memang ada diskusi mengenai masa depan Indonesia, termasuk kepemimpinan nasional menyongsong Pemilu 2019 dengan sejumlah kalangan baik dengan orang dekat Jokowi atau tidak.

Ketika ditanya lebih jauh mengenai pernyataan kesediannya menjadi pendamping Jokowi jika ditawari dan mengapa dengan berani menyatakan, Mahfud mengatakan bahwa dia belum serius menanggapi soal pencawapresan ini.

"Buktinya saya seminggu terakhir ini ada di luar negeri, memenuhi undangan untuk ceramah. Saya biarkan saja wacana itu (pencawapresan) berkembang alamiah," kata mantan Menteri Pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid itu.

Mantan Ketua MK Mahfud MD Ketika Ditemui di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta, Rabu (27/9/2017). KOMPAS.com/ MOH NADLIR Mantan Ketua MK Mahfud MD Ketika Ditemui di Kompleks Parlemen DPR RI, Jakarta, Rabu (27/9/2017).
Mahfud yang merupakan salah satu nama yang diusung PKB sebagai capres menjelang Pilpres 2014 mengatakan, dia tidak ingin isu politik ini menganggu aktivitasnya.

"Dulu di tahun 2013, saya sampai sering tidak bepergian karena ingin menjaga momentum. Persoalan Indonesia di masa depan sangatlah serius, harus dicari sosok yang benar-benar nasionalis dan berintegritas," kata Mahfud.

"Saya merasa wajib membiarkan proses seleksi berjalan baik dan membuka luas diskusi-diskusi untuk memunculkan calon alternatif lain," kata dia.

Halaman:


Terkini Lainnya

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com