Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Program Sertifikat Tanah, PAN Dianggap Anti-Pembangunan

Kompas.com - 22/03/2018, 13:12 WIB
Kristian Erdianto,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar Hetifah Sjaifudian menilai, kritik Partai Amanat Nasional (PAN) terkait pembagian sertifikat tanah justru antiterhadap pembangunan masyarakat.

Menurut Hetifah, seharusnya masyarakat bukan dilarang untuk memanfaatkan sertifikat tanah yang diberikan, melainkan diedukasi agar tidak terjerat rentenir.

"Kalau saya melihatnya anti-pembangunan secara individu. Lha, kan rakyat jangan diberikan itu dan enggak diperbolehkan pinjam uang. Kalau kita ingin membangun ekonomi, kalau dia pengusaha kecil terus dilarang pinjam uang, kan tidak begitu," ujar Hetifah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (22/3/2018).

"Masyarakat boleh pinjam uang, tapi harus yakin bahwa bisnisnya cukup menjanjikan dan bisa mengembalikan itu. Justru harus didorong supaya ekonomi itu tumbuh kan," ucapnya.

(Baca juga : PAN: Program Sertifikat Tanah Jokowi Jadi Jebakan Maut untuk Masyarakat)

Meskipun program sertifikasi tanah memiliki efek negatif, lanjut Hetifah, namun harus dilihat juga sisi positifnya.

Dengan memiliki sertifikasi, masyarakat yang sudah memiliki aset juga mendapat kepastian hukum.

Masyarakat jadi memiliki banyak pilihan, apakah mau menggunakan tanah untuk dialihkan menjadi aset produksi lain dalam bentuk pinjaman dana.

"Problemnya memang bisa saja terjadi, masyarakat jadi terdorong menjual, pinjam, hutang, tapi kalau menurut saya kuncinya rakyat punya pilihan dulu jika dia mau berbisnis," kata Hetifah.

(Baca juga : PAN: Banyak Kepala Daerah Tertangkap karena Sertifikasi Tanah)

Di sisi lain, kata hetifah, pemerintah juga harus memberikan sosialisasi dan edukasi terkait pemanfaatan sertifikat tanah untuk bisnis.

Dengan begitu, masyarakat dapat terhindar dari jeratan hutang dan rentenir.

"Berarti nanti kita perlu sosialisasi kepada masyarakat yang sudah punya sertifikat dan aset yang berkekuatan hukum. Jadi perlu peningkatan kapasitas dan kesadaran publik tentang dampak dari adanya sertifikat memang bisa negatif, tapi jauh lebih banyak positifnya. Rakyat jadi punya banyak pilihan," ucapnya.

Sebelumnya Anggota Komisi II dari Fraksi PAN Mohammad Hatta mengkritik program pembagian sertifikat tanah ala pemerintahan Jokowi.

(Baca juga : Ketum PAN: Pemerintah Tak Perlu Emosional Tanggapi Kritik Amien Rais)

Menurut dia, banyak masyarakat desa yang sudah mendapatkan sertifikat tanah justru terjerat rentenir.

"Jadi ini sebetulnya jebakan maut juga untuk masyarakat. Ini yang harus dikhawatirkan," ujarnya dalam dialog di Kantor DPP PAN, Jakarta, Rabu (21/3/2018).

Menurut Hatta, setelah mendapatkan sertifikat tanah, banyak masyarakat yang tingkat bisnisnya naik.

Akibatnya sertifikat tanah itu ikut digadaikan untuk mendapatkan dana segar termasuk ke rentenir.

Ia setuju dengan pendapat Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais yang menyebut program bagi-bagi sertifikat tanah merupakan program "ngibul" atau bohong untuk menutupi janji reforma agraria.

Padahal, tutur dia, reforma agraria sejatinya bukanlah soal pemberian sertifikasi tanpa lebih dulu dilakukan penataan kepemilikan tanah.

Reforma agraria, kata Hatta, harus dimulai dari penataan kepemilikan tanah, termasuk menyelesaikan sengketa tanah, setelah clear, baru melakukan sertifikasi sebagai bagian akhir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Demokrat Anggap Rencana Prabowo Tambah Kementerian Sah Saja, asal...

Nasional
Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Indonesia Digital Test House Diresmikan, Jokowi: Super Modern dan Sangat Bagus

Nasional
Menko Polhukam Harap Perpres 'Publisher Rights' Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Menko Polhukam Harap Perpres "Publisher Rights" Bisa Wujudkan Jurnalisme Berkualitas

Nasional
Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Saksi Sebut Kementan Beri Rp 5 Miliar ke Auditor BPK untuk Status WTP

Nasional
Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Kasus Dugaan Asusila Ketua KPU Jadi Prioritas DKPP, Sidang Digelar Bulan Ini

Nasional
Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Gubernur Maluku Utara Nonaktif Diduga Cuci Uang Sampai Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Cycling de Jabar Segera Digelar di Rute Anyar 213 Km, Total Hadiah Capai Rp 240 Juta

Nasional
Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Hindari Konflik TNI-Polri, Sekjen Kemenhan Sarankan Kegiatan Integratif

Nasional
KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

KPK Tetapkan Gubernur Nonaktif Maluku Utara Tersangka TPPU

Nasional
Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com