Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Bisa Pilih Ekonom Jadi Cawapres jika...

Kompas.com - 23/02/2018, 21:53 WIB
Yoga Sukmana,
Sabrina Asril

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo kemungkinan besar akan maju kembali sebagai calon presiden di Pemilu 2018. Namun, yang menjadi teka-teki yakni siapa calon ideal pendampingnya nanti.

Nama-nama dengan refresentasi militer, islami, atau muda sudah muncul. Namun peluang Jokowi memilih cawapresnya di luar ketiga refresentasi itu masih terbuka.

CEO Alvara Research Center Hasanuddin misalnya, kemungkinan Jokowi menggandeng ahli ekonomi bisa terjadi.

"Itu kembali kepada soal kepercayaan diri dari Pak Jokowi," ujarnya di Jakarta, Jumat (23/2/2018).

Berdasarkan survei Alvara terbaru, salah satu bidang yang mendapatkan kepuasan tidak terlalu besar yaitu bidang ekonomi. Dengan pertimbangan itu, pemimpin yang berasal dari profesional ekonom mungkin dibutuhkan.

Baca juga : Tiga Nama yang Diprediksi Bersaing Ketat Jadi Cawapres 2019

Namun, menurut Hasanuddin, Jokowi akan berani menggandeng ekonom bila memiliki kepercayaan tinggi dengan elektabilitasnya. Bila ada keraguan tentang elektablitasnya sendiri, Jokowi dinilai tetap akan memilih tokoh-tokoh yang dinilai punya masa.

Pada 2008 silam kata Hasanuddin Susilo Bambang Yudhoyono berani menggendeng Budiono sebagai Cawapresnya, dan menang Pemilu di tahun yang sama.

Padahal, kata dia, Boediono yang notabene seorang ekonom tidak memiliki masa atau kekuatan elektoral yang besar, tidak juga berafiliasi kepada partai politik.

"Namun saat itu kita tahu Pak SBY secara elektabilitas tinggi sekali. Oleh karena itu dia memilih Pak Budiono jadi tidak perlu kandidat yang bisa menaikan (suara) lagi," kata dia.

Baca juga : Ditanya Sosok dan Kriteria Cawapres, Jokowi Sebut Sudah Ada di Kepala

"Jadi memang tergantung nanti Pak Jokowi dari sisi elektablitas akan naik atau turun. Kalau dia turun, dia akan menunjuk Cawapres yang bisa menaikan suara dia (bukan ekonom),' sambung Hasanuddin.

Berdasarkan survei Alvara, sebanyak 61,9 persen responden menyatakan setuju bila Jokowi menggandeng Gatot Nurmantyo yang merupakan mantan Panglima TNI. Sisanya, 38,1 persen menyatakan tidak setuju.

Di bawah Gatot, ada nama Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar. Sebanyak 59,6 persen responden menyatakan setuju pria yang kerap disapa Cak Imin itu menjadi pendamping Jokowi. Sisanya sebanyak 40,4 persen responden tidak setuju.

Saat nama Jokowi dipasangkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), 55,5 persen responden menyatakan setuju dan 44,5 persen menyatakan tidak setuju.

Gatot dinilai sebagai refresentasi militer, Muhaimin Iskandar refresentasi Islam, dan AHY refresentasi muda.

Kompas TV Bagaimana kejutan yang diberikan partai politik baru dalam pesta demokrasi 2018 dan Pilpres 2019?


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com