JAKARTA, KOMPAS.com - Sejak usia tiga bulan, Catherine telah mengikuti serangkaian proses latihan pengamanan di bawah pengawasan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres).
Sejak dini, ia diajarkan untuk patuh dan menuruti segala perintah.
Kemudian setelah menginjak usia satu tahun, Catherine dilatih secara intensif agar mampu mendeteksi ancaman bom secara tepat dan cepat di tempat-tempat tersembunyi yang sulit diketahui oleh personel Paspampres.
Kini, Catherine merupakan satu dari belasan anjing K-9 pelacak bahan peledak andalan Paspampres.
Dalam setiap acara kepresidenan, anjing ras Malinois itu bertugas untuk membantu personel Detasemen Deteksi Paspampres melakukan proses sterilisasi tempat acara.
Indera penciuman Catherine yang sangat kuat mampu mendeteksi keberadaan bahan peledak di tempat-tempat yang sulit dijangkau manusia.
"Selain benda-benda elektronik di unit deteksi kami juga memiliki satuan K9 dan pawangnya. Tugasnya memeriksa lebih detil. Satwa ini memiliki indera penciuman yang sangat sensitif," ujar Komandan Detasemen Deteksi Paspampres Letkol Czi Koerniawan saat ditemui di Mako Paspampres, Jakarta Pusat, Jumat (29/12/2017).
(Baca juga : Dua Anjing K-9 Disiagakan di Mako Brimob)
Sebagai anjing pelacak, Catherine memiliki penciuman yang tajam untuk mendeteksi keberadaaan bom di tempat tersembunyi.
Ketika menemukan benda yang diduga bahan peledak, Catherine akan berdiam di tempat tersebut dan berhenti mengendus lingkungan di sekitarnya.
Setelah itu, personel Detasemen Deteksi yang lain akan melakukan proses penjinakan bahan peledak (jihandak) dengan menggunakan alat dan pakaian khusus.
"Jika ada ancaman bom, maka kami akan melakukan prosedur pengamanan dan evakuasi terhadap objek VVIP yakni Presiden, Wakil Presiden dan tamu negara. Setelah itu kami melakukan pemisahan ancaman tersebut, apabila dibawa oleh perorangan akan kami lumpuhkan dan penjinakkan terhadap bahan peledak yang dibawa," kata Koerniawan.
"Apabila ancaman tidak dibawa oleh orang maka kami akan melaksanakan prosedur jihandak jangan sampai membahayakan objek maupun orang-orang yang berada di lingkungan sekitar objek," tambahnya.
(Baca juga : Kenalkan, Ini Empat Anjing Pelacak untuk Evakuasi Korban Bencana...)
Koerniawan menuturkan, Detasemen Deteksi memiliki kemampuan teknis dan melaksanakan fungsi pengamanan di bidang penjinakan bahan peledak.
Selain itu, Detasemen Deteksi juga menjalankan fungsi dalam mengatasi ancaman bahaya nuklir, radiasi, racun kimia dan biologi.
Menurut Koerniawan, ancaman tersebut secara fisik sulit dideteksi atau tidak terlihat secara kasat mata. Oleh sebab itu prosedur deteksi harus dilakukan secara mendalam dan detail.
"Dalam melakukan sterilisasi kami dilengkapi dengan peralatan yang mutakhir karena ancaman yang dihadapi merupakan ancaman yang tidak mudah terlihat secara fisik atau tidak terlihat secara kasat mata dan memerlukan deteksi yang lebih mendalam," ucap Koerniawan.