Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istana Minta Para Menteri Tak Bikin Kebijakan yang Gerus Elektabilitas Presiden

Kompas.com - 04/12/2017, 10:58 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kantor Staf Presiden (KSP) mengimbau kepada para menteri, pembantu Presiden Joko Widodo, untuk tidak membuat kebijakan yang dapat menggerus elektabilitas Jokowi.

Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Eko Sulistyo menyampaikan hal tersebut menyikapi hasil survei nasional Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra).

Hasil survei itu menyebutkan ada 21 persen responden yang menilai kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla tidak sesuai janji kampanye.

"Dalam rentang sisa waktu satu setengah tahun ini, kami mengharapkan supaya sisa waktu ini dimanfaatkan bukan dengan program-program yang bisa menggerus elektabilitas. Tetapi, dengan program-program yang bisa meningkatkan elektabilitas," kata Eko dalam konferensi pers hasil survei Orkestra, di Jakarta, Minggu (3/12/2017).

Baca juga : Survei Orkestra, Elektabilitas Jokowi-Prabowo Hanya Terpaut 3 Persen

Ican Ihsannuddin icanihsanuddin@gmail.com Ican Ihsannuddin icanihsanuddin@gmail.com
Eko menjelaskan, dalam pemilu 2019 mendatang, Presiden Jokowi bukan lagi di posisi penantang, melainkan petahana (incumbent). Sehingga tentu saja, kata dia, metode kampanyenya akan berbeda dari 2014.

Eko menambahkan, sebenarnya petahana merupakan calon yang tidak perlu melakukan kampanye. Apa yang sudah dikerjakan itulah yang dikampanyekan.

Baca juga: Cerita di Balik Penunjukan Lima Deputi Luhut Binsar Panjaitan

"Karena Presiden dibantu oleh para menteri, (maka) menteri itu kalau melakukan kebijakan, jangan kebijakan itu yang menggerus elektabilitas Presiden," ucap Eko.

Di lain pihak, Eko mengatakan dalam sisa waktu satu setengah tahun ini, penting bagi Presiden untuk melakukan konsolidasi dan memberikan arahan konkret supaya kinerja dan kebijakan para menterinya lebih terarah.

Baca juga : Indo Barometer: Jika Duet dengan Jokowi, AHY Raih Elektabilitas Tertinggi

Sebelumnya, Organisasi Kesejahteraan Rakyat (Orkestra) merilis elektabilitas Jokowi masih tertinggi diantara tokoh lain yang digadang menjadi capres 2019. Elektabilitas Jokowi berada di level 24,38 persen. Sedang elektabilitas Prabowo berada di level 21,09 persen.

Kedua tokoh, meninggalkan jauh nama-nama lain seperti Gatot Nurmantyo (2,8 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (2,31 persen), Anies Baswedan (2,14 persen), Susilo Bambang Yudhoyono (1,81 persen), dan Jusuf Kalla (1,48 persen).

Elektabilitas Jokowi dan Prabowo juga jauh meninggalkan Ridwan Kamil (1,32 persen), Tri Rismaharini (1,24 persen), Mahfud MD (1,07 persen), dan lain-lain (5,93 persen).

Meski elektabilitas Jokowi tertinggi, namun angka tersebut masih sangat potensial berubah, karena jumlah responden swing voters atau yang tidak tahu atau tidak menjawab, mencapai 34,43 persen.

Untuk catatan, lembaga Orkestra ini tidak terdaftar sebagai lembaga yang pernah ikut melakukan survei dan hitung cepat dalam daftar Komisi Pemilihan Umum (KPU), baik saat Peilu 2014 maupun saat Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Kompas TV Hasil survei menunjukkan, kepuasan terhadap pemerintahan Jokowi-Jk masih tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com