JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode M Syarif menegaskan, KPK lebih banyak menghabiskan uang untuk pencegahan dibandingkan penindakan.
Hal ini disampaikan Laode dalam pembukaan seminar Anti-Corruption Teacher Supercamp 2017 dan Seminar "Pendidikan Antikorupsi dalam Perspektif Islam, di Gedung KPK, Jakarta, Senin (13/11/2017).
Awalnya, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Agama Suritno menyinggung soal KPK yang kerap melakukan operasi tangkap tangan.
"KPK identik dengan OTT. Saya kira image ini harus diubah dengan pencegahan. Salah satunya melalui guru-guru madrasah," kata Suritno.
Baca: KPK Mengeluh Programnya dalam Pencegahan Korupsi Kurang Populer
Laode yang memberi sambutan setelahnya langsung membantah pernyataan Suritno.
Ia menegaskan, KPK memiliki 5 fungsi, yakni koordinasi, supervisi, monitoring, pencegahan, dan penindakan.
"Nah, OTT yang merupakan bagian e dari penindakan itu hanya 20 persen dari pekerjaan KPK," ujar Laode.
Bahkan, Laode menyebut Direktorat Pencegahan KPK selama ini menghabiskan anggaran yang lebih besar dibandingkan sektor penindakan.
"Jadi Direktur Pencegahan KPK, Pak Pahala Nainggolan ini, menghabiskan uang lebih banyak dibanding penindakan sebenarnya," ujar dia.
Baca juga: KPK Dianggap Hanya Gencar Penindakan, tetapi Lemah dalam Pencegahan
Hanya saja, lanjut Laode, sektor pencegahan KPK selama ini tidak terlalu banyak disorot oleh media massa.
Oleh karena itu, masyarakat juga tidak terlalu mendapatkan informasi apa saja yang sudah dilakukan KPK untuk mencegah korupsi di Indonesia.
"Karena wartawan selesai acara ini pasti yang ditanyakan adalah, 'Kapan yang itu ditangkap'. Kalau saya setuju pencegahan korupsi itu jauh lebih penting," kata Laode.