Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wasekjen PBNU Ungkap Pentingnya Tirakat Jelang Tahun Politik

Kompas.com - 22/10/2017, 07:04 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Suwadi P Pranoto mengakui bahwa persoalan perbedaan pendapat yang terjadi di tengah masyarakat tidak mudah diatasi. Namun demikian, bukan berarti hal itu tidak dapat dilakukan.

"Secara kebudayaan, kerja tentang perbedaan pendapat ini kan perlu waktu ya. Tapi secara teknis kan harus dimulai," Kata Suwadi di sela acara diskusi di bilangan Condet, Jakarta Timur, Sabtu (21/10/2017).

Ia menilai, perbedaan pendapat yang kerap terjadi di masyarakat tak jarang berpotensi menimbulkan perpecahan. Misalnya, pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta beberapa waktu lalu di mana masyarakat menjadi terpolarisasi.

Menurut dia, sedianya masyarakat kembali melihat esensi dari pesta demokrasi. Esensi ini, kaitannya sangat erat dengan kemampuan bertindak seseorang yang menggunakan akal budi dan hati nuraninya.

"Tidak memilih secara emosional. Orang memilih tidak emosional itu bagian dari pelan-pelan berdemokrasi menurut aturan dasarnya," kata dia.

(Baca juga: Jelang Tahun Politik, PBNU Harap Persaingan Dilakukan Secara Sehat)

Agar seseorang bisa mengontrol emosinya, menurut Suwadi, salah satu kuncinya adalah bertirakat. Tirakat secara sederhana dapat diartikan menahan hawa nafsu.

Oleh karena itu, tirakat juga menjadi bagian penting dalam proses demokrasi. Sebab, tirakat bisa menjadi pencegah konflik di masyarakat dalam penyelenggaraan pemilihan.

"Salah satu unsur bertirakat kan menahan syahwat (nafsu/keinginan). Kalau kita memilih ditonjolkan syahwatnya kan yang muncul marahnya. Tapi kalau yang kita perkuat rasionalnya kan nanti pelan pelan persaingannya akan jadi sehat," kata dia.

(Baca juga: Jelang Tahun Pemilu, Jokowi Minta Polri Petakan Sumber-sumber Provokasi)

Suwadi berharap, banyak masyarakat yang mulai terbiasa bertirakat. Terlebih, tahun depan sudah masuk tahun politik. Dengan bertirakat, ia berharap, pesta demokrasi dapat berjalan tertib, aman, dan lancar.

"Tirakat dalam pengertian mengendalikan diri, mengatur syahwat-syahwat politik itu menjadi penting agar orang berpolitik lebih rasional. Karena orang yang berpolitik semata-mata memakai syahwatnya itu hayawanun aqil (hewan yang berakal), sekedar makhluk yang berakal tapi bukan manusia," kata Suwadi.

Kompas TV Dukungan untuk Perppu Ormas dinyatakan ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siroj.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com