Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tugas Besar Indonesia Mengelola Keberagaman

Kompas.com - 19/10/2017, 08:18 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

TANGERANG, KOMPAS.com - "Ketika Indonesia berhasil mengelola keberagaman, maka akan menjadi contoh baik bagaimana dunia memperbaiki keberagaman."

Hal itu diungkapkan Juru Bicara Sunda Wiwitan, Dewi Kanti, dalam konferesi jurnalis agama di Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Tangerang, Rabu (18/10/2017).

Dalam sesi tersebut, turut hadir sejumlah pemuka agama.

Dewi menyayangkan pemberitaan media massa soal agamanya yang masih sebatas seremonial atau sebatas pernak-perniknya.

"Bagaimana bisa angle lain? Sebuah sisi masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dengan segala risiko kehidupan," kata dia.

Menurut Dewi, masih banyak warga negara Indonesia penganut agama leluhur yang masih berjuang namun tersandung legalitas formal.

Baca: Tantangan Jurnalis Meliput Isu Agama di Indonesia

Ia menilai, negara masih ragu dalam mengeluarkan kebijakan yang sebenarnya sudah diamanatkan dalam konstitusi.

Dewi kemudian menyinggung pernyataan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang mengatakan bahwa ketika agama Sunda Wiwitan dicantumkan pada Kartu Tanda Penduduk (KTP), maka dianggap melanggar undang-undang.

Padahal, menurut dia, seorang menteri seharusnya melindungi semua warga negara dan menjamin keadilan bagi setiap masyarakat.

"Persoalan kami tidak sederhana," ujar Dewi.

Sementara itu, Romo Johannes Hariyanto SJ dari Indonesian Conference on Religion and Peace, menilai, seringkali jurnalis yang meliput isu agama tak memahami tentang objek yang diliputnya. Misalnya, isu terkait agama Katolik.

Pemberitaan yang dihasilkan kerap kali salah konteks. Hal itu berdampak buruk terhadap orang-orang Katolik yang menelan begitu saja informasi yang didapatkan.

"Masalahnya soal wartawan. Yaitu pemahaman mengenai apa yang menjadi pokok berita. Terutama kalau terkait dengan agama," kata Romo Hariyanto.

Sedangkan Juru Bicara Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Yendra Budian mengatakan, jrnalis seharusnya mampu memberikan pencerahan terhadap masyarakat.

Kelompok yang termarjinalkan seringkali distigmakan sebagai kelompok sesat atau meresahkan.

Hal ini membuat mereka sulit untuk memberi penjelasan lebih lanjut. Apalagi, kondisi masyarakat yang belum bisa menerima perbedaan.

"Saat media menstigmakan sesat, kami sulit memberikan pemahaman pada publik," kata Yendra.

Kompas TV Ini dapat dikatakan sebagai salah satu gaya komunikasi Presiden Joko Widodo dalam menyampaikan persatuan dalam keberagaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com