Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yorrys Pertanyakan Kader Golkar yang Korupsi, tapi Tak Dicopot

Kompas.com - 13/10/2017, 17:22 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Partai Golkar Yorrys Raweyai menganggap aneh revitalisasi yang dilakukan di tubuh partainya.

Sebab, dalam kesepakatan dalam Rapat Pleno sebelumnya, alasan pencopotan kader ialah pindah partai, mendapat putusan hukum yang berkekuatan tetap dan tidak aktif dalam kepengurusan partai.

Ia memberi contoh kasus Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Fahd El Fouz terkait kasus korupsi pengadaan laboratorium komputer MTS tahun anggaran 2011 dan kitab suci Al Quran tahun anggaran 2011.

"Contoh Fahd (El Fouz) sudah berkekuatan hukum tetap. Dan dasar pergantian saya apa saya enggak tahu. Kan biasa harusnya ada rapat harian terbatas dipanggil dulu saya karena saya bukan pengurus biasa, tapi Korbid (Koordinator Bidang), lalu pleno," kata Yorrys di Senayan, Jakarta, Jumat (13/10/2017).

(baca: Alasan Golkar Copot Yorrys Raweyai dari Posisi Koordinator Polhukam)

Ia mengaku, tak masalah dicopot dari jabatannya jika sesuai dengan mekanisme dan ketetapan yang berlaku.

Terlebih, sudah ada pembahasan sejak 2009 bila ke depan kepengurusan Golkar kembali diisi oleh mantan birokrat dan TNI.

Sebab, kedua elemen tersebut merupakan penyangga utama semasa Golkar berjaya.

"Ini manajemen apa? Ini enggak bisa kita pakai untuk sebuah organisasi parpol yang dideklarasikan sebagai partai modern. Enggak ada sama sekali (sesuai dengan ketentuan)," lanjut dia.

(baca: Golkar Resmi Perkenalkan Eko Wiratmoko sebagai Pengganti Yorrys)

Posisi Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan DPP Partai Golkar yang sebelumnya dipegang Yorrys kini dipegang Eko Wiratmoko.

Ketua Dewan Pakar Partai Golkar mengungkapkan, alasan pencopotan Yorrys dalah untuk menjaga kesolidan partai.

Hal itu dikatakan Agung seusai menemui Ketua Umum Golkar Setya Novanto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (12/10/2017).

"Jadi masalahnya perlu dijaga kekompakan, soliditas, salah satu terjadinya penurunan elektabilitas kemarin juga karena ada gonjang-ganjing di kalangan internal, salah satunya itu," kata Agung.

(baca: Kata Mahfud, Putusan MK Kuatkan KPK Kembali Tetapkan Tersangka Novanto)

Sebelumnya, tim kajian elektabilitas Golkar yang dipimpin Yorrys merekomendasikan agar Golkar segera menunjuk Plt pengganti Novanto.

Sebab, elektabilitas Golkar terjun bebas sejak Novanto menjadi tersangka di KPK terkait kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.

Rekomendasi itu keluar sebelum adanya putusan Praperadilan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.

Setelah Novanto menang praperadilan dan bebas dari status tersangka, rapat pleno membahas rekomendasi tim kajian batal digelar.

Kompas TV Hal ini sekaligus membantah pernyataan Hakim Cepi Iskandar yang menangani praperadilan Novanto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Gerindra Jelaskan Maksud Prabowo Sebut Jangan Ganggu jika Tak Mau Kerja Sama

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

[POPULER NASIONAL] Prabowo Minta yang Tak Mau Kerja Sama Jangan Ganggu | Yusril Sebut Ide Tambah Kementerian Bukan Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 13 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Kesiapan Infrastruktur Haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina Sudah 75 Persen

Nasional
Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Cek Pelabuhan Ketapang, Kabaharkam Pastikan Kesiapan Pengamanan World Water Forum 2024

Nasional
Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Prabowo Sebut Soekarno Milik Bangsa Indonesia, Ini Respons PDI-P

Nasional
Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com