JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Hanura Dadang Rusdiana meyakini elektabilitas Presiden Joko Widodo tetap akan meningkatkan suara partainya pada Pemilu 2019.
Dadang mengatakan, bisa saja elektabilitas Jokowi saat ini belum maksimal sehingga belum terlalu berdampak pada partainya.
Namun, ia meyakini di akhir tahun pemerintahan, elektabilitas Jokowi akan meningkat tajam dengan tingginya serapan anggaran, tenaga kerja, dan tingginya daya beli masyarakat.
"Elektabilitas itu dinamis. Bisa turun dan naik. Biasanya disebabkan oleh momentum politik tertentu atau ada masalah yang berhubungan dengan perekonomian, seperti masalah harga bahan pokok, listrik. Tetapi itu pergerakannya tidak statis," kata Dadang melalui pesan singkat, Jumat (6/10/2017).
Terlebih, lanjut Dadang, elektabilitas Prabowo Subianto selaku pesaing terdekat Jokowi masih rendah, yakni di angka 12 persen.
(Baca juga: Survei SMRC: Elektabilitas Parpol Pendukung Jokowi Stagnan, kecuali PDI-P)
Dia memprediksi elektabilitas Jokowi akan melewati angka 50 persen pada akhir tahun 2017.
"Dan tentu kenaikan elektabilitas akan berdampak positif juga pada elektabilitas Hanura sebagai partai pendukung yang selama ini mendukung dengan sepenuh hati, dan tidak pernah melakukan 'kenakalan' apa pun," ujar dia.
Survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menunjukkan, elektabilitas partai-partai politik pendukung Presiden Joko Widodo cenderung stagnan, kecuali PDI Perjuangan.
Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan mengungkapkan, jika dibandingkan Pemilu 2014, semua parpol pendukung Jokowi kecuali PDI Perjuangan elektabilitasnya cenderung stagnan.
"Misal Golkar dapat 14 persen, sekarang pada posisi 11,4 persen. Tapi PDI Perjuangan satu-satunya parpol yang kecenderungan suaranya menguat dan terlihat di trennya," kata dia.
Djayadi berasumsi, hal itu terjadi karena parpol utama pendukung Jokowi adalah PDI Perjuangan. Alhasil hanya partai ini yang terkatrol karena efek Jokowi.
(Baca juga: PPP: Elektabilitas Pak Jokowi Berpengaruh, tetapi Tidak Dominan)