JAKARTA, KOMPAS.com - Pengepungan kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) pada Minggu (17/9/2017) hingga Senin (18/9/2017) dini hari, menjadi peristiwa yang sangat membekas bagi Vebrina (19).
Vebrina merupakan salah seorang mahasiswi yang ikut terjebak di kantor YLBHI karena dikepung oleh ratusan massa.
Sekitar pukul 21.30, sekumpulan massa tanpa spanduk dan atribut aksi menggelar unjuk rasa di depan kantor YLBHI. Mereka berorasi, meminta pihak YLBHI menghentikan acara yang digelar di dalam gedung sejak sore.
Mereka menuding acara tersebut merupakan sebuah diskusi soal kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tidak hanya berorasi, mereka juga meminta untuk masuk ke dalam kantor YLBHI.
(Baca: Kronologi Pengepungan Kantor YLBHI)
Menjelang Senin dini hari, situasi menjadi ricuh. Massa mulai melempari kantor YLBHI dengan batu. Polisi terpaksa melontarkan gas air mata untuk membubarkan massa. Bentrokan pun tak bisa dihindari.
Vebrina mengaku baru pertama kalinya terjebak dalam situasi seperti itu. Dia heran kenapa banyak orang berunjuk rasa dengan menyebut kata "PKI" dan kalimat bernada intimidasi lainnya.
"Itu pengalaman pertama saya. Awalnya saya bingung kenapa tiba-tiba massa datang lagi, karena sehari sebelumnya sudah ada demo juga. Pas suasana makin genting, saya merasa kesal bercampur takut," ujar Vebrina kepada Kompas.com, Selasa (19/9/2017).
Vebrina pun menuturkan suasana mencekam saat panitia dan peserta acara yang umumnya mahasiwa itu diungsikan ke lantai tiga kantor YLBHI untuk menghindari kekerasan jika massa berhasil memasuki gedung.
(Baca: Kivlan Akui Hadir dalam Rapat Aliansi Pemuda Sebelum Pengepungan YLBHI)
Sebagian besar peserta merasa panik karena belum pernah menghadapi situasi yang begitu mencekam. Para sukarelawan pendamping dari YLBHI berupaya menenangkan dengan mengajak mereka berbincang. Saking mencekamnya, kata Vebrina, ada peserta yang jatuh sakit.
"Waktu suasana makin panas, kami sempat buat lingkaran saling berpegang tangan dan berdoa. Semakin lama, tiba-tiba ada yang asmanya kumat, yang vertigonya kumat," tutur Vebrina.
Hal senada juga diungkapkan relawan pendamping di YLBHI, Hexa. Menurut dia, peserta dan panitia acara "Asik-Asik Aksi" yang terkurung di gedung YLBHI berjumlah sekitar 200-an orang.
"Mereka umumnya klien LBH Jakarta, mahasiswa, dan para aktivis penegakan HAM," ujar Hexa saat dihubungi, Rabu (20/9/2017).
Pada saat itu, ungkap Hexa, suasananya sangat menegangkan. Mereka khawatir massa yang kalap akan menyerbu masuk ke dalam gedung. Ditambah lagi dengan suara kaca yang pecah akibat lemparan batu dan beberapa kali letusan. Beberapa orang mengalami syok, gangguan pernapasan dan pingsan.
"Apalagi orasi-orasi yang disampaikan para demonstran berbau kekerasan dan fitnah. Lemparan-lemparan batu, suara kaca yang pecah, suara ledakan, mungkin petasan dan gas air mata, semakin membuat korban ketakutan. Beberapa peserta syok berat, hingga mengalami gangguan pernapasan dan pingsan," kata Hexa.