JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj mengatakan, NU mewarisi dua amanat dari pendiri-pendirinya.
Amanat itu, pertama, amanat diniyah untuk mendakwahkan Islam.
Kedua, amanat wathaniyah untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terkait amanat diniyah, Said mengatakan, Islam adalah agama yang mulia, bermartabat, dan berbudaya.
Oleh karena itu, dakwah serta cara membelanya juga harus dilakukan dengan cara-cara yang mulia dan bermartabat.
"Tidak benar kalau membela sesuatu yang mulia dengan cara yang tidak terpuji. Kalau Islam itu agama yang mengajarkan akhlaqul karimah, maka cara pembelaannya, cara dakwahnya harus dengan cara mulia pula," kata Said, dalam diskusi, di Kantor PBNU, Jakarta, Jumat (19/5/2017).
Baca: Ketum PBNU Berterima Kasih Pemerintah Bubarkan HTI
Said mengisahkan, Nabi Muhammad SAW dipuji oleh Allah SWT karena akhlaknya yang mulia.
"Wa innaka la'alaa khuluqin 'azhiim. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) mempunyai akhlak yang mulia," kata Said, mengutip QS Al Qalam ayat 4.
Demikian mulianya akhlak Muhammad, kata Said, Rasulullah SAW mengampuni penduduk Kota Mekah yang mengusir, menyiksa, menghina, mencaci-maki, bahkan membunuh beberapa sahabat Nabi.
Said menyebutkan, karena akhlak Rasul, penduduk Kota Mekah pun memeluk Islam.
"Waroaytan nasa yadkhuluna fidinillahi afwaja. Dan kamu (Muhammad) lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong," ujar Said, mengutip QS An Nashr ayat 2.
Ia mengatakan, Muhammad tidak pernah memaksa penduduk Mekah memeluk Islam.
Namun, mereka kagum dengan akhlak Muhammad yang terpuji.
"Mereka juga berbondong-bondong menyalami Nabi Muhammad dengan mengatakan: 'Bi abi wa ummi antal karimun karimun nil karim'. Demi ayahku, demi ibuku, engkau orang mulia. Anak dari seorang bapak yang mulia. Cucu dari seorang kakek yang mulia," ujar dia.
Baca: MUI: Siapa Pun yang Ingin Ubah Dasar Negara Wajib Diperangi
Dari kisah Nabi Muhammad itu, Said menegaskan bahwa penilaian akan sosok seseorang berawal dari akhlaknya.
Sementara itu, terkait amanat wathaniyah NKRI, Said memastikan, NU tetap mempertahankan NKRI, dan tidak setuju dengan gagasan khilafah.
"Oleh karena itu sikap kami menolak HTI (Hizbut Tahrir Indonesia). Tindakannya tidak radikal, tidak membunuh, tidak mengebom. Tetapi, visi-misinya ingin mengganti nation dengan khilafah," kata Said.