Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICJR Soroti Diskriminasi Napi Kaya-Miskin di Lapas Sukamiskin

Kompas.com - 08/02/2017, 17:11 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) Supriyadi W Eddyono menyoroti praktik diskriminasi yang terjadi di lembaga pemasyarakatan Sukamisin, Bandung, Jawa Barat.

Menurut Supriyadi, kondisi fasilitas di Lapas Sukamiskin yang memenuhi standar hanya dapat diakses oleh penghuni yang mampu secara ekonomi atau kaya. Umumnya mereka adalah narapidana kasus korupsi.

"Kondisi itu menunjukkan bahwa apa yang ada dalam Lapas Sukamiskin dapat menimbulkan praktik diskriminasi karena seluruh fasilitas sesuai standar tersebut 'difasilitasi' oleh penghuni yang mampu, bukan oleh pemerintah," ujar Supriyadi melalui keterangan tertulisnya, Rabu (8/2/2017).

Berdasarkan penelitian ICJR pada 2014, hampir semua keluarga harus mengeluarkan biaya tambahan antara Rp 600.000 sampai Rp 5.500.000 per bulan untuk menyokong hidup anggota keluarganya yang ditahan.

Kondisi tersebut dianggap sebagai kondisi "rawan" bagi penghuni lapas yang miskin, sebab seluruh fasilitas standar lapas hanya akan mampu dipenuhi oleh penghuni kaya.

"Penahanan memaksa munculnya beban biaya langsung pada tahanan dan keluarga. Bagi penghuni miskin atau tidak mampu, tampat penahanan dan Lapas adalah neraka," kata Supriyadi.

(Baca juga: Pimpinan Komisi III Minta Pengawasan Lapas Ekstraketat)

Supriyadi menilai bahwa Lapas Sukamiskin adalah model lapas yang cukup baik dan ideal bagi tempat pemasyarakatan.

ICJR pun mendukung kondisi lapas yang memenuhi standar minimum layanan, dengan catatan bahwa kondisi itu juga bisa diterapkan ke semua lapas di seluruh Indonesia.

Kondisi standar layanan yang buruk bagi narapidana akan melanggar hak-hak dasar narapidana.

Ketidakmampuan pemerintah menyediakan pelayanan lapas yang baik, lanjut Supriyadi, disebabkan oleh persoalan kelebihan penghuni. Jumlah penghuni Lapas tidak sebanding dengan fasilitas dan anggaran yang dimiliki.

(Baca juga: Koruptor di LP Sukamiskin Pelesiran, Yasona Sebut Kalapas Dijebak)

Selain soal diskriminasi, kelebihan penghuni juga dinilai akan membebani anggaran dan mendorong praktik korupsi baru di dalam lapas.

Oleh sebab itu ICJR mendorong pemerintah melakukan evaluasi yang serius atas kebijakan pemidanaan di Indonesia khususnya mengantisipasi over-capacity dalam lapas.

"Karena problem kelebihan beban penghuni ini mengakibatkan pemerintah tidak lagi fokus untuk menyediakan pelayanan baik, namun hanya cukup pada indikator ketersediaan tempat di dalam Lapas," ucapnya.

"Kondisi inilah yang memicu para penghuni harus mengeluarkan biaya lebih untuk mendapatkan kondisi layak di dalam Lapas," kata Supriyadi.

Kompas TV Petugas Gabungan Terus Cari 2 Narapidana yang Kabur
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi Online Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode Sejak Menang PIlpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Said Abdullah Paparkan 2 Agenda PDI-P untuk Tingkatkan Kualitas Demokrasi Elektoral

Nasional
Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Halalbihalal dan Pembubaran Timnas Anies-Muhaimin Ditunda Pekan Depan

Nasional
Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Hadiri KTT OKI, Menlu Retno Akan Suarakan Dukungan Palestina Jadi Anggota Penuh PBB

Nasional
PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

PM Singapura Bakal Kunjungi RI untuk Terakhir Kali Sebelum Lengser

Nasional
Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Pengamat: Prabowo-Gibran Butuh Minimal 60 Persen Kekuatan Parlemen agar Pemerintah Stabil

Nasional
Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Timnas Kalahkan Korea Selatan, Jokowi: Pertama Kalinya Indonesia Berhasil, Sangat Bersejarah

Nasional
Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Jokowi Minta Menlu Retno Siapkan Negosiasi Soal Pangan dengan Vietnam

Nasional
Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Ibarat Air dan Minyak, PDI-P dan PKS Dinilai Sulit untuk Solid jika Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Jokowi Doakan Timnas U23 Bisa Lolos ke Olimpiade Paris 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com