KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Australia Marise Payne membantah pernyataan bahwa Australia berusaha merekrut anggota militer Indonesia untuk menjadi "agen untuk mempengaruhi" di saat pemerintahan PM Malcolm Turnbull berusaha memperbaiki situasi, menyusul dihentikannya kerja sama mliter antara Indonesia dan Australia.
Penyelidikan sedang dilakukan setelah seorang anggota pasukan komando Indonesia, Kopassus mengajukan protes mengenai poster pelatihan "yang bernada penghinaan" yang ditempelkan di markas pasukan komando Australia, SAS di Perth, berkenaan dengan Papua Barat.
Juru bicara TNI Mayjen Wuryanto sebelumnya mengatakan kepada ABC bahwa kerja sama antara Indonesia dan Angkatan Bersenjata Australia (ADF) dihentikan, namun juru bicara Presiden Joko Widodo mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa isu ini terlalu dibesar-besarkan.
Menteri Pertahanan Indonesia Ryamizard Ryacudu juga mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak diberitahu terlebih dahulu mengenai penghentian kerja sama tersebut.
Senator Payne, mengatakan dia pertama kali membicarakan masalah penghentian kerja sama militer ini dengan Menhan Ryacudu minggu ini, meskipun masalah awalnya sudah muncul di bulan November.
Senator Payne mengatakan kepada ABC bahwa kekhawatiran yang disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bahwa Australia berusaha merekrut anggota militer Indonesia adalah hal yang tidak berdasar.
"Ini adalah sesuatu yang tidak akan kami dukung, tentu saja." katanya.
Senator Payne mengukuhkan adanya penghentian kerja sama militer, namun kerja sama di beberapa hal seperti masalah penangkalan kapal pencari suaka terus dilanjutkan.
"Kami sudah melakukan komunikasi dengan sejawat kami di tingkat yang tepat untuk mengelola proses ini." kata dia.
Belum ada kerangka waktu yang disebutkan mengenai pemulihan kerja sama. Senator Payne tidak mau mengukuhkan apakah kerja sama antara angkatan laut Indonesia dan Australia akan tetap dijalankan sesuai jadwal bulan depan.
Dalam pernyataan terpisah, Menhan Payne mengatakan Australia bertekad "membangun hubungan pertahanan yang kuat dengan Indonesia" dan akan "bekerja dengan Indonesia guna memulihkan hubungan kerjasama penuh secepat mungkin."
TNI memutuskan sepihak
Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan mengenai adanya tentara Indonesia yang dibina untuk menjadi agen untuk mempengaruhi dalam pidato akhir November lalu.
(Baca: Panglima TNI Diberitakan Takut Prajuritnya Direkrut Militer Australia)
Dalam pidato yang rekamannya berhasil diperoleh ABC, Nurmantyo mengatakan dia telah menghentikan program pengiriman siswa militer ke Australia ketika dia mulai menjabat sebagai Panglima TNI.
Pengamat politik Indonesia, Associate Professor Greg Fealy dari Australian National University di Canberra mengatakan, pernyataan seperti ini sudah pernah disampaikan sebelumnya di masa lalu.
Dia mengatakan, pernyataan seperti itu sebenarnya tidaklah mengejutkan. Yang mengejutkan adalah tindakan yang dilakukan oleh TNI sekarang ini.
"Prinsip bahwa sipil yang mengawasi tindakan militer menjadi dipertanyakan atas tindakan jenderal tersebut. "