BOGOR, KOMPAS.com - Deputi bidang Politik dan Strategi Sekretariat Jenderal Dewan Pertahanan Nasional (Wantannas) Irjen Pol Tjetjep Agus memprediksi aksi unjuk rasa pada 25 November dan 2 Desember 2016, tidak akan terjadi.
Unjuk rasa tersebut rencananya akan digelar oleh sekelompok masyarakat yang menuntut tersangka kasus dugaan penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ditahan.
Tjetjep menjelaskan, Wantannas memiliki sebuah metode untuk mendeteksi sebuah peristiwa, termasuk unjuk rasa.
Deteksi itu dilakukan dengan melakukan intelligent media monitoring.
"Berdasarkan informasi yang ditampilkan, dapat diprediksi demo itu cenderung tidak terjadi," ujar Tjetjep, saat Focus Group Discussion (FGD) Pemanfaatan TIK Dalam Deteksi Dini Konflik Horizontal di Media Sosial, di kawasan Bogor, Kamis (24/11/2016).
Tjetjep menjelaskan, untuk memprediksi kemungkinan tersebut, Wantannas telah melakukan crawling dan analisis data informasi yang terkait berita unjuk rasa di internet.
Informasi yang ditampilkan mencakup statistik frekuensi kemunculan berita statistik media yang membuat berita, orang-orang yang menyebarkan dan sentimen terhadap isu tersebut.
Menurut data statistik yang dipaparkan Tjetjep, hingga 23 November 2016, tercaatat ada 47 media dan 136 berita yang memberitakan kedua rencana aksi unjuk rasa tersebut.
Sementara, dari sisi sentimen masyarakat, angka negatifnya lebih kecil jika dibandingkan angka positif.
Artinya sentimen masyarakat terhadap isu aksi unjuk rasa bisa dikatakan negatif.
"Kalau dilihat dari metode dan mesin yang kami miliki memang kecenderungannya tidak terjadi," kata Tjetjep.
Meski demikian, ia mengatakan, pemerintah seharusnya memiliki sistem peringatan dini dalam mendeteksi dan mencegah konflik di media sosial.
Konflik di media sosial seperti fenomena gunung es, yang terlihat hanya di permukaan saja.
Sistem peringatan dini dinilai penting untuk mengetahui fenomena anomali sosial-budaya masyarakat guna mencegah konflik.
"Konflik media sosial seperti fenomena gunung es. Hanya 20 persen yang muncul di permukaan. Masyarakat hanya tahu dari permukaan saja. Memang diperlukan early detection," kata Tjetjep.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.