JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, akan menghindari komunikasi tatap muka dengan para calon rektor di perguruan tinggi.
Terutama, ketika proses pemilihan rektor di perguruan tinggi bersangkutan sedang berlangsung.
"Jangan sampai ada komunikasi langsung dengan menteri yang terkait itu," ujar Nasir, di Kemenristekdikti, Jakarta, Jumat (4/11/2016).
Menurut Nasir, komunikasi tatap muka dengan para calon rektor dapat menimbulkan berbagai tafsir.
Bagi calon, pertemuan tersebut dapat disalahartikan sebagai pembuka jalan untuk pemenangan pemilihan rektor.
(Baca: KPK: Siapa Pun yang Mau Jadi Rektor, Jangan Beli Suara)
Sementara, masyarakat bisa jadi menilai negatif pertemuan menteri dengan calon karena dianggap sebagai "perdagangan" pengaruh.
Sebab, Menristekdikti memiliki 35 persen hak suara dalam pemilihan rektor sesuai Peraturan Mendikbud Nomor 33 Tahun 2012.
"Ini masalah karena komunikasi menimbulkan banyak tafsir," ujar dia.
Oleh karena itu, Nasir akan menerapkan sistem online di seluruh sistem kementeriannya.
(Baca: Menristekdikti Ingin Tak Ada Dusta dalam Pemilihan Rektor)
Dengan penerapan sistem online, dia berharap komunikasi tatap muka tersebut dapat diminimalisasi.
"Kami di internal kementerian coba melakukan sistem online. Semua laporan harus masuk melalui online supaya tidak ada komunikasi," kata Nasir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.