Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei "Kompas": 61 Persen Publik Puas Kinerja Pemerintah, Citra Jokowi Makin Positif

Kompas.com - 21/10/2016, 10:20 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dalam dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla, kepuasan publik atas kinerja pemerintah stabil di garis atas. Begitu pula dengan popularitas Jokowi.

Dukungan yang cukup besar dari masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dan kesan kuat terhadap sosok presiden dapat menjadi modal untuk mempercepat laju pembangunan bangsa.

Disarikan dari hasil survei Litbang harian Kompas edisi Kamis (20/10/2016), degradasi kepuasan masyarakat pada dua tahun masa pemerintahan bisa berlangsung cukup cepat, seperti terjadi pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid ataupun Megawati Soekarnoputri.

Menjelang dua tahun pemerintahan dua presiden dari kalangan sipil tersebut, kepuasan publik atas indikator-indikator bidang politik-keamanan, hukum, ekonomi, dan kesejahteraan sosial berada di garis bawah (di bawah 50 persen).

Pada era presiden dari kalangan militer, Susilo Bambang Yudhoyono, gejala serupa terjadi pada periode pertama pemerintahannya.

Saat itu, hanya bidang politik dan keamanan yang berada di posisi aman di atas 50 persen.

Namun, tren itu tidak terjadi pada pemerintahan Presiden Joko Widodo, yang justru mampu melakukan manuver setelah melewati tahun pertama.

Sejak April hingga Oktober 2016, tingkat kepuasan masyarakat stabil di atas 60 persen. Bahkan, pada Oktober angkanya mencapai 61,0 persen.

Pada April 2015 sampai Januari 2016, tingkat kepuasan publik masih di bawah 60 persen.

Setelah sempat merosot tajam pada enam bulan pertama, kinerja pemerintahan sempat stagnan di mata publik.

Kondisi ini berlangsung hingga sembilan bulan berikutnya. Bidang hukum dan ekonomi adalah dua aspek yang paling tertekan.

Penilaian kepuasan publik pun jatuh menjauhi garis tengah, di bawah 50 persen. Bahkan, kepuasan terhadap bidang hukum merosot hingga 44 persen dari posisi awal sebesar 59,7 persen, bidang ekonomi menjadi tinggal 37,5 persen dari sebelumnya 49,6 persen.

Sekalipun pada 12 Agustus 2015 Presiden melakukan perombakan kabinet dengan mengganti lima menteri dan sekretaris kabinet, hasilnya belum mengubah apresiasi.

Menginjak 18 bulan masa pemerintahan, kepercayaan masyarakat mulai meningkat seiring dengan beberapa perubahan yang dilakukan Presiden.

Langkah Presiden untuk kembali melakukan perombakan kabinet pada 27 Juli 2016, dengan melakukan pergeseran dan penggantian sejumlah menteri, menjadi angin segar perubahan.

Masuknya Sri Mulyani Indrawati ke dalam kabinet sebagai Menteri Keuangan segera diikuti dengan langkahnya melakukan efisiensi anggaran di kementerian-kementerian.

Gagasan yang menelurkan kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) membuahkan harapan baru bagi perekonomian sehingga per 30 September 2016 pemerintah berhasil menghimpun uang tebusan dari wajib pajak sebesar Rp 89,2 triliun.

Kesuksesan ini mendorong kepercayaan diri yang tinggi pada pemerintahan, dan publik pun memberikan respons positif yang lebih tinggi pada kinerja kabinet di bidang perekonomian.

Halaman:


Terkini Lainnya

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Kisah Runiti Tegar Berhaji meski Suami Meninggal di Embarkasi

Nasional
Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Jokowi Mengaku Tak Bahas Rencana Pertemuan dengan Megawati Saat Bertemu Puan di Bali

Nasional
Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Soal Efek Samping Vaksin AstraZeneca, Menkes Sebut WHO Sudah Ingatkan Risikonya

Nasional
Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Kemendikbud Akan Turun Periksa Kenaikan UKT, Komisi X DPR: Semoga Bisa Jawab Kegelisahan Mahasiswa

Nasional
TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

TII Serahkan Petisi Pansel KPK, Presiden Jokowi Didesak Pilih Sosok Berintegritas

Nasional
Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Dilaporkan Nurul Ghufron ke Polisi, Ketua Dewas KPK: Ini Tidak Mengenakkan

Nasional
Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Tak Takut Dilaporkan ke Bareskrim, Dewas KPK: Orang Sudah Tua, Mau Diapain Lagi Sih?

Nasional
Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Kemendikbud Kini Sebut Pendidikan Tinggi Penting, Janji Buka Akses Luas untuk Publik

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98 Pajang Nisan Peristiwa dan Nama Korban Pelanggaran HAM

Nasional
Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Permohonan Dinilai Kabur, MK Tak Dapat Terima Gugatan Gerindra Terkait Dapil Jabar 9

Nasional
Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Dewas KPK Heran Dilaporkan Ghufron ke Bareskrim Polri

Nasional
Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Wapres Kunker ke Mamuju, Saksikan Pengukuhan KDEKS Sulawesi Barat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com