Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Boleh Bawa Istri, Anak Buah Cemburu kepada Santoso

Kompas.com - 20/04/2016, 17:38 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian menyebut, ada kecemburuan antara milisi kelompok Santoso dan Santoso sendiri.

Hal itu memecah belah mereka. Kecemburuan yang dimaksud terkait dengan kebijakan Santoso melarang anak buahnya untuk turut membawa istri.

Sementara itu, Santoso membawa istri dan anak selama bersembunyi di pegunungan Poso. (Baca: Polri: Muncul Perpecahan dalam Kelompok Santoso)

"Santoso membawa istri, yang lainnya enggak boleh bawa istrinya. Otomatis kecemburuan terjadi," ujar Tito ketika ditemui di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (20/4/2016).

Selain itu, Santoso memerintahkan anak buah untuk menjaga anak istrinya selama berada di hutan. Hal itu dianggap tidak adil.

Tito melanjutkan, anak buah Santoso juga sudah mulai tidak memercayai pimpinannya itu. Sebab, dalam beberapa kali kesempatan berdiskusi soal agama, Santoso tampak tidak menguasai betul ideologi kelompoknya sendiri.

"Mereka pun melihat Santoso lama-lama tidak kredibel sebagai leader, apalagi dia ini enggak ngerti banyak soal agama. Ini menimbulkan friksi sendiri di kalangan mereka," kata Tito.

Informasi terbaru, jumlah kelompok Santoso yang tersisa dari yang semula berjumlah 41 orang kini tinggal 27 orang. Mereka membentuk grup-grup kecil dan disebar.

Adapun Santoso, menurut Tito, berada di grup yang berisi tujuh orang saja. Dua di antaranya adalah perempuan. (Baca: Tito: Kelompok Santoso Semakin Lemah, Mental Jatuh)

Tito meyakini, kondisi itu sangat menguntungkan aparat. Tito optimistis, aparat gabungan dari Operasi Tinombala mampu menumpas Santoso dkk.

"Tentu tidak bisa tahu waktunya. Sama seperti kami menangkap Azahari dan lain-lain, kontribusi aparat itu hanya 25 persen. Yang 75 persennya ketentuan takdir Tuhan. Makanya, kita berdoa saja," ujar Tito.

Kompas TV Dua Anggota Kelompok Santoso Ditangkap
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com