JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga DPR Dimyati Natakusuma tak setuju dengan rencana Ketua DPR Ade Komarudin untuk membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara. Dia menilai gagasan tersebut terlalu berlebihan.
"Kalau terbesar se-Asia Tenggara tidak perlu, kemahalan. Kita berharap biayanya tidak lebih dari Rp 100 miliar," kata Dimyati di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/3/2016).
Dimyati mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia tidak memungkinkan untuk membangun perpustakaan terbesar se-Asia Tenggara.
Terlebih lagi, lanjutnya, pemerintah sudah memberlakukan moratorium pembangunan gedung baru untuk kementerian dan lembaga. Dengan moratorium itu, DPR tidak bisa membangun gedung baru.
Namun, Dimyati menilai, DPR masih bisa memanfaatkan gedung atau perpustakaan yang ada saat ini untuk direnovasi menjadi lebih baik.
"Yang penting kita tidak bangun fondasi baru. Pak Ade Komarudin sebagai speaker boleh dia sampaikan pemikirannya, tapi prosedur ada di BURT," ucap politisi Partai Persatuan Pembangunan ini.
(Baca juga: Tak Peduli Citranya, Ketua DPR Ingin Proyek Perpustakaan Tetap Jalan)
Dimyati mengaku, BURT sudah melakukan kunjungan kerja ke Library of Congress di Amerika Serikat. BURT akan mengadopsi sebagian konsep perpustakaan terbesar di dunia itu. Namun, perpustakaan yang akan dibangun DPR nantinya tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan Library of Congress.
BURT DPR akan memulai pembahasan mengenai pembangunan perpustakaan ini pekan depan seusai masa reses.