Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usai Wantimpres, Keluarga Korban Pelanggaran HAM Ingin Bertemu Jokowi

Kompas.com - 29/03/2016, 19:38 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setara Institute beserta sejumlah keluarga korban pelanggaran HAM masa lalu menemui Dewan Pertimbangan Presiden, Selasa (28/3/2016) pagi.

Langkah ini dilakukan Setara Institute dan keluarga korban untuk membahas upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

Usai menemui Wantimpres, Setara bersama keluarga korban berencana menemui unsur pemerintah lain. Di antaranya adalah Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan dan Jaksa Agung M Prasetyo.

Tak hanya Luhut dan Prasetyo, jika memungkinkan mereka juga akan menemui Presiden Joko Widodo.

"Kalau presiden mau terima, kami juga mau (menemui)," ujar Ketua Setara Institute Hendardi di Gedung Wantimpres, Veteran, Jakarta Pusat, Selasa (28/3/2016).

Keinginan tersebut menjadi salah satu poin yng diungkapkan pihak Setara kepada perwakilan Wantimpres dalam pertemuan keduanya.

Setara ingin menyampaikan kepada presiden terkait usulan tentang pembentukan Komisi Kepresidenan untuk Pengungkapan Kebenaran dan Pemulihan Korban.

Wantimpres juga diharapkan bisa menceritakan perihal pertemuan hari ini, sehingga keluarga korban bisa diterima di Istana.

"Kalau presiden bisa tertawa karena mengundang pelawak (ke Istana), seharusnya bisa menangis juga karena mendengar cerita ini," kata Hendardi.

Adapun dari Wantimpres sendiri hadir Ketua Wantimpres Sri Adiningsih dan Sidarto Danusubroto. Pertemuan berlangsung tertutup selama kurang lebih dua jam sejak pukul 10.00 WIB.

(Baca: Bahas Kasus HAM Masa Lalu, Setara dan Keluarga Korban Temui Wantimpres)

Pada intinya, Setara menggagas pertemuan tersebut sebagai upaya mendesak pemerintah segera menyelesaikan kasus HAM masa lalu.

Menurut Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos, komisi tersebut, lanjut dia, dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden dan berisikan orang-orang bijak. Namun, mereka tak berasal dari instansi pemerintahan.

Bonar menegaskan, dua poin terpenting adalah pengungkapan kebenaran dan apakah diselesaikan melalui jalur yudisial maupun non-yudisial akan diputuskan melalui komisi tersebut.

"Prinsipnya harus punya integritas, imparsial dan punya rekam jejak yang baik dalam perjuangan kemanusiaan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

Nasional
Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

Nasional
PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

PSI Buka Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Pilkada 2024

Nasional
PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

PKB: Semua Partai Terima Penetapan Prabowo-Gibran, kecuali yang Gugat ke PTUN

Nasional
Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

Ukir Sejarah, Walkot Surabaya Terima Penghargaan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha

BrandzView
Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Jokowi dan Gibran Disebut Bukan Bagian PDI-P, Kaesang: Saya Enggak Ikut Urusi Dapurnya

Nasional
Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Helikopter Panther dan KRI Diponegoro Latihan Pengiriman Barang di Laut Mediterania

Nasional
Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Kaesang Sebut PSI Sudah Kantongi Bakal Calon Gubernur DKI Jakarta

Nasional
Hasto: Di Tengah Panah 'Money Politic' dan 'Abuse of Power', PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Hasto: Di Tengah Panah "Money Politic" dan "Abuse of Power", PDI-P Masih Mampu Jadi Nomor 1

Nasional
Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Jokowi Suntik Modal Hutama Karya Rp 18,6 T untuk Pembangunan Tol Sumatera

Nasional
Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Ke Kader yang Akan Ikut Pilkada, Megawati: Kalau Bohong, Lebih Baik Tidak Usah

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com