Awal tahun ini MPR untuk pertama kalinya melaksanakan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dengan metode pendidikan kebangsaan/bela negara. Metode atau pendekatan ini dianggap dapat membuat rakyat, khususnya kaum muda sadar untuk membela negara.
Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid saat menutup acara sosialisasi, di Hotel Aryaduta, Tangerang, Minggu (21/2/2016). Apalagi menurutnya, sosialisasi dengan metode pendidikan bela negara ini berkaitan erat dengan sejarah Indonesia.
"Tahun 2008 Presiden SBY menghadirkan Keppres Hari Bela Negara tanggal 19 Desember. Mengapa? Untuk mengingat kembali gagasan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang didirikan oleh kaum terpelajar Mr. Syafrudin Prawiranegara. Berdirinya PDRI disiarkan di berbagai radio sampai akhirnya berhasil mematahkan klaim bahwa Indonesia telah dikuasai Belanda," tutur ia.
Lagipula saat ini kata Hidayat, ada beberapa kondisi yang mengancam Republik Indonesia. Kondisi tersebut di antaranya, munculnya gerakan-gerakan separatis.
"Separatisme, ini adalah realita yang menghantui Indonesia. 1 Desember lalu OPM demonstrasi di Papua dan Bundaran HI meneriakkan kemerdekaan mereka," kata ia.
Selain itu, gerakan radikal, LGBT, dan maraknya terorisme pun dianggap Hidayat sebagai tantangan bagi bangsa, karena bertentangan dengan nilai dasar negara Pancasila, khususnya dari sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa.
"Tentu saja kita menolak radikalisme dan terorisme dalam segala bentuknya. Itu bagian dari tantangan kita sebagai bangsa," tutur Hidayat.
Sosialisasi dengan metode pendidikan bela negara diharapkan menjadi angin segar bagi generasi muda.
"Harapan kami apa yang teman-teman dapatkan bukan hanya untuk dipahami tapi layak untuk disosialisasikan ke teman-teman kita," ujar Hidayat. Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.