Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

F-Hanura Minta MKD Copot Setya Novanto dari Pimpinan DPR

Kompas.com - 15/12/2015, 19:20 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Fraksi Hanura Dadang Rusdiana meminta Mahkamah Kehormatan Dewan menjatuhkan sanksi kategori sedang terhadap Ketua DPR Setya Novanto.

Setya menjadi terlapor dalam kasus dugaan pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden saat menjanjikan kelancaran kontrak karya PT Freeport Indonesia.

Dengan sanksi sedang, maka sesuai tata beracara, Novanto akan dicopot dari Ketua DPR.

"Kalau kita sepakat dengan sanksi pemberhentian sebagai ketua DPR, dikembalikan jadi anggota biasa," kata Dadang saat dihubungi, Selasa (15/12/2015).

Dadang mengatakan, sebenarnya Novanto layak mendapat sanksi berat berupa pemecatan dari anggota DPR.

Sebab, bukti rekaman telah menunjukkan bahwa Novanto bersama pengusaha minyak Riza Chalid berupaya meminta sejumlah saham kepada Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.

Namun, menurut dia, berdasarkan tata beracara, hukuman berat baru bisa dijatuhkan apabila sudah terbukti ada unsur pidana.

Dadang menilai, terlalu lama jika MKD harus menunggu terlebh dahulu proses penyelidikan yang saat ini tengah dilakukan Kejaksaan Agung.

"Dan itu akan membuat lembaga DPR menjadi bulan bulanan dan tidak punya wibawa," ucap Dadang.

Dadang optimistis mayoritas fraksi lain juga menginginkan MKD memutuskan sanksi yang serupa. Sebab, unsur pelanggaran etika yang dilakukan Novanto sudah terang benderang.

Apalagi, sebelumnya Novanto juga sudah pernah dijatuhi sanksi ringan karena kehadirannya di kampanye bakal calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

"Tampaknya hampir mayoritas anggota MKD mengarah ke sana (sanksi kategori sedang). Pokoknya di luar Gerindra dan Golkar," ucap dia.

MKD akan membacakan putusan kasus Novanto pada sidang Rabu (16/12/2015) besok.

Setiap anggota MKD akan menyampaikan pandangannya secara tertutup terlebih dahulu sebelum mengambil kesimpulan.

Pendapat mayoritas akan menjadi kesimpulan dan pendapat minoritas akan menjadi dissenting opinion.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Jokowi Tak Diundang ke Rakernas PDI-P, Pengamat: Hubungan Sudah “Game Over”

Nasional
Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Jokowi Tak Diundang Rakernas PDI-P, Pengamat: Sulit Disatukan Kembali

Nasional
UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

UKT Mahal, Komisi X Minta Dana Pendidikan Juga Dialokasikan untuk Ringankan Beban Mahasiswa

Nasional
Jokowi Ingin TNI Pakai 'Drone', Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan 'Drone AI'

Jokowi Ingin TNI Pakai "Drone", Guru Besar UI Sebut Indonesia Bisa Kembangkan "Drone AI"

Nasional
Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Komisi X DPR RI Bakal Panggil Nadiem Makarim Imbas Kenaikan UKT

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com