Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembahasan RUU Pengampunan Pajak Masuk Prolegnas Prioritas 2015

Kompas.com - 15/12/2015, 17:46 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Seluruh fraksi di DPR akhirnya sepakat memasukkan pembahasan Rancangan Undang-Undang Pengampunan Pajak ke dalam prioritas Program Legislasi Nasional 2015. Keputusan tersebut diambil di dalam forum lobi antar pimpinan fraksi yang dilakukan, Selasa (15/12/2015) siang.

Selain RUU Pengampunan Pajak, dalam forum tersebut juga disepakati pembahasan revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi diubah, dari sebelumnya inisiatif pemerintah menjadi inisiatif DPR.

Proses pengambilan persetujuan kedua RUU tersebut sebelumnya sempat menuai interupsi. Anggota Fraksi Gerindra, Gus Irawan, mengatakan bahwa usulan pembahasan RUU Pengampunan Pajak, yang asalnya dari pemerintah, itu sebaiknya diputuskan pada masa sidang mendatang. Hal itu karena Masa Sidang II DPR Tahun 2015/2016 akan berakhir pada Jumat (18/12/2015) pekan ini.

"Kami melihat timming-nya tidak pas dan pengajuan ini terburu-buru karena mempunyai implikasi jangka panjang. Belum tentu optimal kalau terburu-buru ini," kata Irawan di Kompleks Parlemen, Selasa.

Anggota Fraksi Demokrat, Benny K Harman, menilai bahwa masuknya kedua RUU ini ke dalam Prolegnas Prioritas 2015 sebenarnya atas dasar kebutuhan pemerintah.

Oleh sebab itu, pemerintah sebaiknya segera menyiapkan draf pembahasan untuk dibahas bersama dengan DPR.

"Nanti isinya kita akan bahas,mapakah memang perubahan atau revisi ini sungguh-sungguh diniati untuk perkuat KPK atau tidak. Begitu juga tax amnesty, apakah niatnya sungguh-sungguh untuk meningkatkan pendapatan negara? Ini masih tahapan awal," kata Benny.

Sementara itu, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan yang memimpin rapat paripurna mengatakan, masukan yang disampaikan Fraksi Gerindra dan Demokrat akan menjadi catatan tak terpisahkan dalam pengambilan keputusan.

"Forum lobi sudah ambil kesepakatan maka mohon persetujuan, untuk tidak meninggakan satu kata pun dalam pengambilan keputusan, setuju?" tanya Taufik.

Anggota fraksi yang mengikuti rapat menyetujuinya.

Masuk prioritas 2016

Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly mengatakan, RUU yang pembahasannya telah masuk ke dalam Prolegnas Prioritas 2015 harus masuk ke dalam Prolegnas Prioritas 2016 jika pembahasannya belum rampung.

Dari 40 RUU yang masuk Prolegnas Prioritas 2015, baru dua UU yang telah rampung dibahas dan disahkan. Kedua UU yang disahkan merupakan revisi terbatas atas UU sebelumnya, yaitu UU Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota serta UU Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah.

Secara terpisah, anggota Badan Legislasi dari Fraksi Golkar, Misbakhun, mengatakan bahwa hingga kini Badan Legislasi DPR belum membahas substansi dari RUU Pengampunan Pajak yang baru saja masuk ke dalam prioritas.

Pembahasan yang dilakukan di dalam Baleg hanya menyangkut masalah teknis mengenai masuk atau tidaknya RUU itu ke dalam prioritas.

Misbakhun menyerahkan kepada panitia kerja Prolegnas 2016 apakah nantinya RUU yang belum rampung dibahas ini akan masuk ke dalam prioritas 2016 atau tidak. "Nanti kan ada penerus-penerusnya, akan dibahas," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BKKBN Masih Verifikasi Situasi Stunting Terkini di Indonesia

BKKBN Masih Verifikasi Situasi Stunting Terkini di Indonesia

Nasional
Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Wapres: Kalau Keluarga Baik, Bangsa Indonesia Akan Baik

Nasional
Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Kekuatan Oposisi Masih Tetap Dibutuhkan...

Nasional
Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Dukung Prabowo-Gibran, PKB Pastikan Tak Bakal Rusak Soliditas Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Senada dengan Nasdem, PKB Anggap Hak Angket Kecurangan Pemilu Kian Sulit Diwujudkan

Nasional
Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Usai Dukung Prabowo-Gibran, Nasdem dan PKB Bilang Timnas Amin ‘Bubar’

Nasional
MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

MK Sidangkan Sengketa Pileg 2024 Mulai 29 April, Sehari Puluhan Perkara

Nasional
Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasdem Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PKS: Pak Surya Paling Cantik Bermain Politik

Nasional
Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Penghormatan Terakhir PDI-P untuk Tumbu Saraswati...

Nasional
Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Idrus Sebut Ada Posisi Strategis yang Ditawarkan jika Jokowi Masuk Golkar; Ketua Umum hingga Ketua Dewan Pembina

Nasional
CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

CSIS: Jumlah Caleg Perempuan Terpilih di DPR Naik, tapi Sebagian Terkait Dinasti Politik

Nasional
Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum 'Move On'

Cak Imin Titip 8 Agenda Perubahan ke Prabowo, Eks Sekjen PKB: Belum "Move On"

Nasional
CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

CSIS: Caleg Perempuan Terpilih di Pemilu 2024 Terbanyak Sepanjang Sejarah sejak Reformasi

Nasional
Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada 'Stabilo KPK'

Prabowo-Gibran Disarankan Terima Masukkan Masyarakat saat Memilih Menteri, daripada "Stabilo KPK"

Nasional
CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

CSIS: Caleg Terpilih yang Terindikasi Dinasti Politik Terbanyak dari Nasdem, Disusul PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com