Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GKI Yasmin: Upaya Relokasi Dilakukan Diam-diam

Kompas.com - 11/11/2015, 15:41 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin menyayangkan sikap pemerintah yang mendukung upaya relokasi gereja tersebut. Terlebih lagi, upaya relokasi itu ditengarai dilakukan secara diam-diam. 

Juru bicara GKI Yasmin, Bona Sigalingging, mengatakan, ada informasi yang menyebutkan relokasi telah dikoordinasikan oleh Pemerintah Kota Bogor dengan Kementerian Dalam Negeri dan akan difinalkan sebelum Natal 2015. 

"Kalau memang tidak ada yang busuk di dalamnya, tidak perlu ada upaya diam-diam, apalagi antara Pemkot Bogor dan Kemendagri. Seharusnya, semua prosesnya terbuka," kata Bona di Kantor LBH Jakarta, Rabu (11/11/2015).

Dia berharap, Pemkot Bogor tidak memecah belah tubuh GKI. Hal ini merujuk pada kesepakatan yang terjalin antara GKI Pengadilan dengan Pemkot Bogor.

Dari kesepakatan itu, GKI Yasmin dianggap sudah sepakat untuk menghidupkan kembali upaya relokasi. 

"Seperti yang dikatakan Bima, Agustus lalu, Pemkot Bogor hanya mau bicara dengan GKI Pengadilan, yang secara sejarah memang induk dari GKI Yasmin. Tapi, semua kesepakatan ini adalah kesepakatan yang menurut Ombudsman kesepakatan kongkalikong," kata dia.

Padahal, Bona menuturkan, Majelis Sinode (sejenis muktamar) pada Desember 2014 lalu telah menyatakan bahwa bapos Taman Yasmin (nama internal) adalah bagian dari GKI yang tidak pernah ditutup atau dibubarkan.

Karena itu, tindakan GKI Pengadilan yang menyetujui relokasi GKI Yasmin adalah tindakan yang melawan pendeta-pendeta GKI.

Tak berhak atur GKI Yasmin

Senada dengan Bona, anggota jemaat GKI Siliwangi, Cicurug, Haihai Bengcu, mengatakan, GKI Pengadilan sebetulnya tidak memiliki hak untuk mengatur gereja lain. 

"Saya sudah menghubungi teman-teman anggota GKI Pengadilan. Semua keputusan tidak pernah dikomunikasikan dengan jemaat," kata Haihai.

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menyayangkan kesepakatan relokasi antara pemerintah pusat dan daerah justru tidak melibatkan pihak GKI Yasmin sebagai aktor utama. 

"Penyelesaian GKI Yasmin tidak mungkin tanpa melibatkan mereka. Ini jadi pertanyaan besar, ada konspirasi apa?" ujar Bonar.

Bonar pun mempertanyakan apakah Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengetahui langkah yang dilakukan stafnya yang melakukan kesepakatan relokasi GKI Yasmin.

Pasalnya, Setara sempat menemui Tjahjo dan stafnya. Hasil pertemuan itu adalah setiap penyelesaian masalah GKI Yasmin akan melibatkan GKI Yasmin sebagai korban atau aktor utama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com