CHINA, KOMPAS.com - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Zulkifli Hasan berharap agar ada batasan terhadap investasi China di Indonesia. Produk yang bisa dihasilkan di Indonesia harus tetap dijaga.
"Kalau kita buka bebas sungguh tidak mudah. Jadi perlu pilah-pilah," kata Zulkifli ketika bertemu para pengusaha Indonesia yang tergabung dalam Indonesia Chamber of Commerce in China (Inacham) di Shanghai, China, Minggu (20/9/2015) malam.
Zulkifli hadir bersama Ketua Fraksi PDI-P di MPR Achmad Basarah, Ketua F-Golkar di MPR Rambe Kamarul Zaman, Ketua F-PKS di MPR TB Soenmandjaja, dan Ketua F-Hanura di MPR Sarifuddin Sudding. Hadir pula Ketua Asosiasi Pengusaha Tiongkok di Indonesia Alim Markus.
Zulkifli menyinggung pertemuan delegasi MPR dengan para pengusaha China di Beijing pada Jumat (18/9/2015) malam. Ia menilai bahwa para pengusaha China sangat siap untuk berinvestasi di negara lain. (baca: Ketua MPR: Datanglah, Kami Sediakan Karpet Merah untuk Pengusaha China)
"Kemarin bertemu pengusaha Tiongkok terus terang saya ngeri, mereka sangat siap. Lihatnya kaya harimau siap menerkam," kata Zulkifli.
Zulkifli mengatakan, Indonesia bisa bekerja sama dengan China dalam pembangunan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan, pembangkit listrik. Dalam bidang tersebut, ia menilai perusahaan China memang sudah memiliki teknologi yang tinggi.
Ia memberi contoh kemampuan BUMN China, Power China, dalam membangun pembangkit listrik tenaga air. Ia menilai, kerja sama perlu dilakukan lantaran biaya PLTA jauh lebih murah dibanding pembangkit dengan tenaga solar.
"Investasi Tiongkok yang menguntungkan perlu kita rebut, yang kita bisa lakukan, jangan," kata mantan Menteri Kehutanan itu.
Di hadapan 20-an pengusaha Indonesia, Zulkifli berharap mereka membantu menyampaikan citra positif tentang Indonesia. Harapannya, tidak ada kekhawatiran China untuk berinvestasi di Indonesia. (baca: Ketua MPR Minta Pengusaha WNI Yakinkan China Pemerintahan Jokowi Kuat)
Sementara itu, Sudding mengatakan bahwa Indonesia sulit untuk membangun jika hanya mengandalkan APBN. Untuk itu, perlu adanya investasi asing.
Namun, ia menekankan bahwa setiap kerja sama yang dibangun dengan negar lain harus saling menguntungkan. Ia ingin pekerja Indonesia dilibatkan serta harus adanya transfer teknologi.
"Kita jangan hanya dijadikan pasar. Anak-anak bangsa harus bisa mengambil peran," kata Sudding.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.