DEPOK, KOMPAS.com - Tanggung jawab dan risiko yang besar di lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) justru memberi semangat lebih bagi pimpinan sementara KPK Johan Budi. Menurut Johan, menjadi bagian dari KPK adalah berjihad terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Dulu kan saya wartawan. Saat menulis tentang korupsi itu saya anggap bagian dari berjihad. Jadi saat KPK berdiri, kenapa tidak jihad terhadap korupsi langsung. Itu yang menjadi salah satu alasan saya gabung KPK," ucap Johan di sela-sela acara Kompas Kampus di Balairung UI, Kamis (28/5/2015).
Menurut Johan, menjadi salah satu komisioner di KPK saja sudah membuatnya bangga dengan lembaganya. Sebab, upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK, kata Johan, merupakan perjuangan untuk mensejahterakan rakyat.
Bahkan, untuk jabatannya saat ini sebagai pimpinan KPK, bukan ukuran untuk disebut berkah atau pun musibah. Apa pun jabatan yang diberikan, Johan menilainya sebagai amanah yang harus dijalankan
"Makanya waktu saya diminta untuk jadi Plt pimpinan KPK, saya ajukan beberapa syarat. Salah satunya, kriminalisasi KPK harus dihentikan. Karena saya sadar jika saya hanya skrup kecil dari mesin besar KPK," ujar Johan.
Namun, saat ditanyakan kesiapannya jika jabatannya dilanjutkan, Johan tidak sanggup memberikan jawaban pasti. Menurut Johan, dirinya belum memiliki kapasitas untuk menjabat posisi tertinggi secara definitif di lembaga antirasuah tersebut.
"Pertama, saya harus bicara ke keluarga dulu. Terus saya juga harus mengukur diri," tutur mantan juru bicara KPK tersebut.
Johan Budi juga mengaku perlu mempertimbangan kembali jika harus mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat calon pimpinan KPK. Apalagi, saat ini panitia seleksi (pansel) pimpinan KPK berasal dari berbagai latar belakang.
"Pansel sekarang beragam multitalenta. Saya harus pikir ulang, saya ini lolos seleksi enggak?" ujar eks wartawan Tempo tersebut.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengumumkan sembilan nama yang masuk dalam Pansel KPK. Selain mayoritas diisi oleh orang yang berlatar belakang pemerintahan serta akademis, semua anggota Pansel itu adalah perempuan.
Pansel tersebut akan mencari pimpinan terbaik KPK untuk menggantikan posisi pimpinan KPK saat ini yang akan berakhir masa jabatannya pada Desember 2015.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.