Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Pertanyakan Komitmen Jusuf Kalla dalam Pemberantasan Korupsi

Kompas.com - 19/05/2015, 18:15 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Indonesia Corruption Watch Adnan Topan Husodo menilai, Wakil Presiden Jusuf Kalla kerap tidak sejalan dengan upaya pemberantasan korupsi yang dirancang Presiden Joko Widodo. Topan mengatakan, beberapa kali Kalla melontarkan hal kontroversial yang membuatnya dianggap pro koruptor.

"Banyak ketidaksepahaman yang dilakukan JK dengan Jokowi. Ada tiga hal kontroversial dari pernyataan JK di media," ujar Topan dalam diskusi di Jakarta, Selasa (19/5/2015). 

Menurut Topan, Kalla cenderung membiarkan adanya upaya kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi. Melalui pernyataannya, kata Topan, Kalla meminta agar proses hukum terhadap pimpinan KPK tetap berjalan. Hal tersebut bertolak belakang dengan pernyataan Jokowi yang meminta lembaga penegak hukum menghentikan upaya kriminalisasi.

"Jokowi berbeda dengan JK karena bilangnya hentikan kriminalisasi. Tapi faktanya tidak dihentikan," kata Topan.

Selain itu, Kalla juga dianggap membela Komjen Budi Gunawan setelah tersandung kasus di KPK. Topan mengatakan, di media, Kalla menyebutkan bahwa KPK harus cermat dan tidak bisa sembarangan menetapkan seseorang menjadi tersangka. Dalam perjalanan kasus itu, Kalla juga dianggap menyambut baik saat kasus Budi dilimpahkan oleh KPK ke Kejaksaan Agung.

"Wapres dalam.pernyataannya menunggu langkah penyelesaian kasus BG, itu tendensinya positif. Misalnya saat pelimpahan kasus BG," kata Topan.

Ia mengungkapkan, Kalla juga pernah menyanggupi menjadi saksi meringankan bagi politisi Partai Golkar, Syafiuddin alias Yance, terkait kasus korupsi pembebasan lahan PLTU yang terletak di Indramayu, Jawa Barat. Menurut dia,  sebagai wakil kepala negara seharusnya Kalla tak menempatkan diri dalam posisi tersebut.

"Pertanyaannya, apakah Jokowi mengizinkan? Dan apa kapasitasnya? Ini akan dimaknai sikap yang permisif terhadap praktik korupsi," kata Topan.

Menurut Topan, ketidakselarasan tersebut muncul karena Jokowi dan Kalla memiliki kepentingan yang berbeda. Begitu pula dengan latar belakangnya. Ia mengatakan, Kalla merupakan politisi dan pengusaha yang memiliki banyak kepentingan politik. Sementara, Jokowi yang merupakan orang baru di partai politik dianggap terlihat masih banyak diintervensi oleh partai pengusungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bawaslu Soroti Potensi Ketidakakuratan Daftar Pemilih Pilkada 2024

Bawaslu Soroti Potensi Ketidakakuratan Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Novel Baswedan Sampai Mantan 'Raja OTT' Akan Daftar Capim KPK

Novel Baswedan Sampai Mantan "Raja OTT" Akan Daftar Capim KPK

Nasional
Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P pada Pilkada Jakarta

Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P pada Pilkada Jakarta

Nasional
Datang ke Istana, Bamsoet Lapor Persiapan Sidang Tahunan MPR Terakhir Jokowi

Datang ke Istana, Bamsoet Lapor Persiapan Sidang Tahunan MPR Terakhir Jokowi

Nasional
Wapres Peringatkan Limbah B3 Tak Bisa Dibuang Sembarangan

Wapres Peringatkan Limbah B3 Tak Bisa Dibuang Sembarangan

Nasional
Produksi Karpet Mobil Ternama Dunia Dibuat di Pasuruan, Wapres: Tinggal Buat Mobilnya...

Produksi Karpet Mobil Ternama Dunia Dibuat di Pasuruan, Wapres: Tinggal Buat Mobilnya...

Nasional
Tak Hanya Segelintir, Ternyata Ada 82 Anggota DPR RI yang Main Judi Online

Tak Hanya Segelintir, Ternyata Ada 82 Anggota DPR RI yang Main Judi Online

Nasional
Pusat Data Nasional Jebol: Menkominfo Mundur atau Dimaklumi?

Pusat Data Nasional Jebol: Menkominfo Mundur atau Dimaklumi?

Nasional
Wapres: Penegakan Hukum Harus Punya Dasar yang Dapat Dipertanggungjawabkan

Wapres: Penegakan Hukum Harus Punya Dasar yang Dapat Dipertanggungjawabkan

Nasional
Ada Dua Versi Sikap Jokowi soal Kaesang Maju Pilkada Jakarta, Mana yang Benar?

Ada Dua Versi Sikap Jokowi soal Kaesang Maju Pilkada Jakarta, Mana yang Benar?

Nasional
Coklit Pemilih Pilkada Berlangsung, Bawaslu Ungkap 10 Kerawanan Prosedur

Coklit Pemilih Pilkada Berlangsung, Bawaslu Ungkap 10 Kerawanan Prosedur

Nasional
Hari Ini, SYL dkk Hadapi Sidang Tuntutan Kasus Pemerasan dan Gratifikasi di Kementan

Hari Ini, SYL dkk Hadapi Sidang Tuntutan Kasus Pemerasan dan Gratifikasi di Kementan

Nasional
Stafsus Klaim Jokowi Tak 'Cawe-cawe' di Pilkada Mana Pun

Stafsus Klaim Jokowi Tak "Cawe-cawe" di Pilkada Mana Pun

Nasional
Panasnya Rapat di DPR Bahas Peretasan PDN: Kominfo, BSSN dan Telkom Saling Lempar Bola hingga Disindir Bodoh

Panasnya Rapat di DPR Bahas Peretasan PDN: Kominfo, BSSN dan Telkom Saling Lempar Bola hingga Disindir Bodoh

Nasional
Kaesang ke Sekjen PKS: Jangan Bawa-bawa Presiden Lah, Ketumnya Kan Saya

Kaesang ke Sekjen PKS: Jangan Bawa-bawa Presiden Lah, Ketumnya Kan Saya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com