Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Membuka Tabir Peluang Pendidikan Hingga Ke Pedalaman

Kompas.com - 02/05/2015, 05:51 WIB
advertorial

Penulis

Ibarat lilin yang harus membiarkan dirinya meleleh agar dapat menerangi kegelapan, itulah yang dilakukan oleh Reswanto, pemuda asli Sakai yang harus berjuang agar anak masyarakat adat Sakai mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki masa depan yang lebih cerah.

Suku Sakai adalah salah satu masyarakat adat Indonesia yang hidup di pedalaman Riau, Sumatera.  Kehidupan Suku Sakai di Riau sudah berlangsung semenjak abad ke-14. Mereka dipercaya sebagai keturunan Minangkabau yang melakukan migrasi ke tepi Sungai Gasib, di hulu Sungai Rokan.

Masyarakat adat Sakai di Riau, saat ini menjadi kelompok minoritas ditengah gempuran pertumbuhan ekonomi yang pesat. Menurut data kependudukan yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial RI, jumlah orang Sakai hanya  4.995 jiwa[1], sedangkan total populasi di Riau lebih dari 1225 kali lebih banyak, yaitu  6.125.283.[2] Provinsi Riau dikenal memiliki potensi alam melimpah, minyak bumi serta hutan yang luas dan lebat. Kehadiran berbagai perusahaan serta berkembangnya berbagai industri di Riau menjadi daya tarik sendiri bagi masyarakat pendatang dari daerah lain bahkan mancanegara untuk mengadu nasib di provinsi tersebut. Tidak bisa dielakkan kehidupan masyarakat Riau berkembang lebih cepat, lebih modern dan konsumtif. Hal ini membuat masyarakat adat Sakai mau tidak mau harus berbaur dengan kehidupan lain di luar kehidupan mereka sebelumnya.  Dulu cukup dengan mengandalkan alam seperti bertani, berburu dan berladang, mereka bisa melangsungkan hidupnya. Kini mereka harus berhadapan dengan para pendatang yang notabene memiliki pengetahuan dan modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka. Pola kehidupan yang berubah ini membuat masyarakat adat Sakai harus berjuang mengejar ketertinggalannya agar dapat bertahan di kehidupan sekarang yang  cenderung lebih kompetitif.

Saat ini, sebagian masyarakat adat Sakai menyadari bahwa mereka harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup  untuk bertahan.  Beberapa putra Sakai terjun langsung  untuk memajukan sukunya. Salah satunya adalah Reswanto, pemuda asli Sakai yang sedang mengambil gelar S2 jurusan Ilmu Pemerintahan di Universitas Islam Riau. Ia melihat bahwa generasi muda Sakai saat ini membutuhkan pendidikan yang lebih tinggi,  tidak hanya sekedar lulus pendidikan dasar agar dapat meningkatkan taraf hidup dan mampu bertahan di tengah pesatnya pertumbuhan ekonomi di  Riau.

Menyadari hal tersebut, pada tahun 2008, Reswanto bersama kelima rekannya memberanikan diri untuk membangun Madrasah Tsanawiyah Babusalam di Desa Kesumubu Ampai, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis, Riau. Pendirian madrasah ini bukanlah perkara gampang.  Pada awalnya, kami menumpang di gedung Madrasah Auliyah yang dibangun oleh perusahaan minyak Chevron untuk melakukan proses belajar. Alhamdulillah, kini kami sudah memiliki bangunan  sendiri berkat bantuan dari pemerintah daerah kenang Reswanto. Tidak hanya itu, sebelumnya Reswanto dan kawan-kawannya harus berjuang keras untuk mengajak anak-anak Sakai yang putus sekolah agar mau  melanjutkan pendidikannya di Madrasah yang dia bangun, padahal  sama sekali tidak dipungut biaya. Kala itu, anak Sakai lebih diharapkan untuk membantu orang tuanya bekerja seperti bertani, berburu bahkan melaut.  Ketika awal Madrasah Babusalam ini berdiri, kami susah sekali mengajak adik-adik kami yang putus sekolah untuk terus melanjutkan pendidikannya. Orang tua mereka nampaknya  sangat kurang memotivasi anaknya untuk terus belajar di sekolah. Akhirnya, kami berinisiatif menjemput bola. Kami pergi kerumah anak-anak putus sekolah tersebut  untuk memberikan penjelasan dan meyakinkan  orang tua  mereka betapa  pentingnya sekolah untuk masa depan anak-anaknya. Jadi yang kami motivasi orang tuanya bukan anak-anak mereka. cerita bapak dari tiga anak ini dengan suara yang penuh semangat.

Upaya jemput bola Reswanto akhirnya membuahkan hasil dengan terdaftarnya 25 anak sebagai angkatan pertama untuk belajar di Madrasah Tsanawiyah Babusalam. Saat ini terdapat 34 anak yang mengenyam pendidikan di sana. Hingga kini Madrasah tersebut telah meluluskan tiga angkatan belajar.

Mimpi Reswanto adalah memberikan kesempatan belajar bagi anak Sakai yang putus sekolah. Faktor terbesar yang menyebabkan anak Sakai tidak meneruskan pendidikannya adalah faktor ekonomi. Karenanya, madrasah yang didirikan oleh pria 30 tahun ini tidak memungut biaya sepeserpun dari siswanya. Untuk mewujudkan mimpinya tercatat banyak pihak yang membantu proses belajar mengajar di madrasah ini. Kehidupan kami (red: Madrasah) betul-betul bergantung dengan adanya bantuan dana dari berbagai pihak. Selain dana dari swasta, kami juga bergantung dengan dana BOS dari pemerintah jelas Reswanto, sarjana Administrasi Bisnis dari Universitas Islam Riau yang diperolehnya melalui program beasiswa Chevron.

Perjuangan Reswanto dalam memajukan masyarakat adat Sakai tidaklah bertepuk sebelah tangan. Sambutan datang dari sebuah perusahaan minyak yang beroperasi di Riau, Chevron. Melalui bantuan biaya pendidikan yang diberikan Chevron, terbukalah pintu bagi Reswanto untuk melanjutkan pendidikan Strata 2 di Universitas Riau. Bukan hanya Reswanto yang terbantu oleh program pendidikan ini, Ada lebih dari 120 generasi penerus masyarakat adat Sakai yang telah dibantu untuk melanjutkan pendidikan di  tingkat diploma dan S1. ujar Dony Indrawan, Communication Manager Chevron IndoAsia Business Unit.

Berkat kerja keras dari Reswanto, kini telah banyak anak Sakai yang dulunya tidak dapat melanjutkan pendidikan setelah tamat SD akhirnya dapat belajar di tingkat yang lebih tinggi. Selulus SD, saya tidak pernah berharap untuk duduk di bangku SMP karena orang tua saya tidak ada biaya. Namun, Pak Reswanto datang dan menawarkan sekolah gratis bagi kami yang putus sekolah, tentu saja kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan kenang Akes Riyadi, salah satu siswa Madrasah Tsanawiyah Babusalam. (Adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com