Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerindra: Memprihatinkan, Masa Lalu Pimpinan KPK Dicari-cari

Kompas.com - 26/01/2015, 16:05 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman menilai tuduhan pelanggaran hukum yang ditujukan kepada pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai hal yang sengaja dibuat-buat dan bersifat tidak masuk akal. Menurut dia, hal tersebut merupakan sebuah upaya untuk melemahkan KPK.

"Apa yang terjadi saat ini sungguh memprihatinkan. Satu demi satu pimpinan KPK disibukkan dengan persoalan hukum pribadi masa lalu yang terkesan dicari-cari dan nyaris tidak masuk akal," ujar Habiburokhman, dalam keterangan pers, Senin (26/1/2015).

Setelah Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditetapkan sebagai tersangka, Wakil Ketua KPK lainnya, Adnan Pandu Praja, dilaporkan ke Bareskrim Polri.

Habiburokhman menilai kasus yang dituduhkan kepada Bambang, misalnya, terkesan sangat aneh. Peristiwa tersebut terjadi tahun 2010, tetapi baru dilaporkan pada tahun 2015. Selain itu, dalam hitungan hari, laporan sudah naik ke tingkat penyidikan.

Laporan terhadap Adnan, sebut Habiburokhman, juga tak kalah janggal. Peristiwa yang dilaporkan disebut-sebut terjadi delapan tahun lalu, atau tepatnya pada tahun 2006. (Baca: Adnan Pandu Praja: Semua Ini Kriminalisasi dan Rekayasa)

Jika terus dibiarkan, menurut dia, kondisi ini dipastikan dapat memperlemah KPK karena konsentrasi pimpinannya menjadi terganggu. Yang lebih parah, kriminalisasi tersebut dapat membuat jajaran di bawah pimpinan KPK merasa demoralisasi atau bahkan trauma dalam mengusut perkara-perkara korupsi berisiko tinggi.

Habiburokhman menambahkan, untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan hak imunitas bagi pimpinan KPK. (Baca: Ketua DPP Gerindra Dukung Hak Imunitas bagi Pimpinan KPK)

"Koruptor yang memang pejabat negara dan memegang kekuasaan akan memakai segala kekuasaannya untuk melindungi diri. Tantangan akan semakin besar jika yang dibidik adalah pejabat di bidang hukum karena ia juga punya kewenangan melakukan tindakan hukum untuk menyerang balik," kata Habiburokhman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

124.782 Jemaah Calon Haji RI Sudah Tiba di Tanah Suci, 24 Orang Wafat

124.782 Jemaah Calon Haji RI Sudah Tiba di Tanah Suci, 24 Orang Wafat

Nasional
Istana Mulai Bahas Peserta Upacara 17 Agustus di IKN

Istana Mulai Bahas Peserta Upacara 17 Agustus di IKN

Nasional
Kejagung Tetapkan 6 Eks GM PT Antam Jadi Tersangka Korupsi Emas 109 Ton

Kejagung Tetapkan 6 Eks GM PT Antam Jadi Tersangka Korupsi Emas 109 Ton

Nasional
Terima Aduan Keluarga Vina, Komnas HAM Upayakan 'Trauma Healing' dan Restitusi

Terima Aduan Keluarga Vina, Komnas HAM Upayakan "Trauma Healing" dan Restitusi

Nasional
SYL Beri Kado Kalung Emas Buat Penyanyi Dangdut Nayunda Nabila

SYL Beri Kado Kalung Emas Buat Penyanyi Dangdut Nayunda Nabila

Nasional
Febri Diansyah Jadi Saksi di Sidang SYL Senin Pekan Depan

Febri Diansyah Jadi Saksi di Sidang SYL Senin Pekan Depan

Nasional
SYL Pesan 'Wine' saat Makan Siang, Dibayar Pakai Uang Kementan

SYL Pesan "Wine" saat Makan Siang, Dibayar Pakai Uang Kementan

Nasional
Kementan Kerap Tanggung Biaya Makan Bersama SYL dan Eselon I

Kementan Kerap Tanggung Biaya Makan Bersama SYL dan Eselon I

Nasional
Draf Revisi UU Polri: Perpanjangan Usia Pensiun Jenderal Polisi Ditetapkan dengan Keputusan Presiden

Draf Revisi UU Polri: Perpanjangan Usia Pensiun Jenderal Polisi Ditetapkan dengan Keputusan Presiden

Nasional
Bayar Cicilan Apartemen Biduanita Nayunda, SYL: Saya Merasa Berutang Budi

Bayar Cicilan Apartemen Biduanita Nayunda, SYL: Saya Merasa Berutang Budi

Nasional
Kehadirannya Sempat Buat Ricuh di MK, Seorang Saksi Mengaku Tambah Ratusan Suara PAN di Kalsel

Kehadirannya Sempat Buat Ricuh di MK, Seorang Saksi Mengaku Tambah Ratusan Suara PAN di Kalsel

Nasional
Gerindra: Negara Rugi jika TNI-Polri Pensiun di Usia 58 Tahun

Gerindra: Negara Rugi jika TNI-Polri Pensiun di Usia 58 Tahun

Nasional
Kemenkominfo Galang Kolaborasi di Pekanbaru, Jawab Tantangan Keberagaman untuk Kemajuan Bangsa

Kemenkominfo Galang Kolaborasi di Pekanbaru, Jawab Tantangan Keberagaman untuk Kemajuan Bangsa

Nasional
Pegawai Setjen DPR Antusias Donor Darah, 250 Kantong Darah Berhasil Dikumpulkan

Pegawai Setjen DPR Antusias Donor Darah, 250 Kantong Darah Berhasil Dikumpulkan

Nasional
Kasus Timah, Kejagung Tahan Eks Dirjen Minerba Kementerian ESDM

Kasus Timah, Kejagung Tahan Eks Dirjen Minerba Kementerian ESDM

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com