Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pencarian AirAsia QZ8501 ...

Kompas.com - 19/01/2015, 07:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Kecelakaan AirAsia QZ8501 menjadi perhatian publik, tidak hanya di Tanah Air, tetapi juga dari negara-negara sahabat. Semua daya dan upaya dikerahkan untuk menemukan para korban, beserta segala hal yang bisa memberikan petunjuk mengenai penyebab kecelakaan itu.

Pesawat AirAsia Indonesia QZ8501 rute Surabaya-Singapura dilaporkan hilang kontak dari pusat pengendali lalu lintas udara pada Minggu (28/12/2014). Pesawat QZ8501 berjenis Airbus A320-200 dengan registrasi PK-AXC membawa 155 penumpang terdiri atas 137 orang dewasa, 17 anak-anak, dan satu bayi. Selain itu, juga terdapat dua pilot, empat awak kabin dan satu teknisi.

Tim gabungan pencarian dan penyelamatan mulai mendapatkan titik terang setelah menemukan serpihan pesawat dan jenazah sejak Selasa (31/12/2014). Badan SAR Nasional telah mengonfirmasi bahwa yang ditemukan adalah serpihan pesawat AirAsia dan jenazah penumpangnya.

Sejak itu, sedikit demi sedikit upaya tim gabungan pencarian dan penyelamatan menemukan jenazah dan serpihan lain dari badan pesawat.

Total telah ada 51 jenazah penumpang yang ditemukan. Kotak hitam, yang berisi rekaman data penerbangan dan rekaman percakapan di kokpit antara pilot dan kopilot, juga telah ditemukan lengkap.

Banyak dugaan mengenai penyebab kecelakaan tersebut. Dari komunikasi terakhir antara pilot dengan pengendali lalu lintas udara, diketahui bahwa pilot meminta untuk berbelok arah ke kiri dan mengubah ketinggian.

Kuat dugaan pilot berusaha menghindari awan "cummulonimbus" yang memang merupakan momok bagi setiap penerbangan. Pasalnya, tekanan udara di dalam awan bisa menyebabkan pesawat kehilangan daya angkat bahkan kerusakan fatal. Kendati demikian, hanya hasil investigasi Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) yang bisa menjawab pertanyaan mengenai penyebab kecelakaan tersebut.

Libatkan banyak pihak

Proses pencarian dan evakuasi korban dan badan pesawat di perairan Selat Karimata dan Laut Jawa melibatkan banyak pihak dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, ada banyak pihak yang terlibat dan mengerahkan kapal-kapal untuk melakukan pencarian seperti Badan SAR Nasional, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Polisi Perairan, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Banyak pula pihak-pihak yang terlibat di darat seperti PT Pelindo III Cabang Kumai, Pangkalan Udara Iskandar Pangkalan Bun, RSUD Sultan Imanuddin Kotawaringan Barat, RS Bhayangkara Polda Jatim, tim identifikasi, bahkan masyarakat umum yang membuka posko dan memberikan suplai logistik kepada tim relawan.

Dari luar negeri juga ada beberapa negara terlibat seperti Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Singapura, dan Tiongkok. Amerika Serikat mengerahkan kapal USS Sampson, sedangkan Rusia menerjunkan tim penyelam. Jepang juga mengerahkan dua kapal perang JS Ohnami dan JS Takanami.

Semuanya berupaya untuk menemukan korban sebanyak mungkin dan badan pesawat tanpa memandang perbedaan bangsa dan negara dan mengesampingkan ego kelembagaan.

Penggunaan teknologi

Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Ridwan Djamaluddin mengatakan pihaknya menggunakan beberapa peralatan berteknologi tinggi untuk mencari lokasi badan pesawat di dalam laut.

"Ada beberapa peralatan yang digunakan antara lain 'side scan sonar', 'multi beam echo sounder', 'magneto meter' dan 'pinger locater'," katanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

Komnas HAM Minta Polda Jabar Lindungi Hak Keluarga Vina Cirebon

Nasional
Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

Komunikasi Intens dengan Nasdem, Sudirman Said Nyatakan Siap Jadi Cagub DKI

Nasional
Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

Megawati Minta Api Abadi Mrapen Ditaruh di Sekolah Partai, Sekjen PDI-P Ungkap Alasannya

Nasional
Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

Pembayaran Dana Kompensasi 2023 Tuntas, Pertamina Apresiasi Dukungan Pemerintah

Nasional
Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

Hari Ke-12 Penerbangan Haji Indonesia, 72.481 Jemaah Tiba di Arab Saudi, 8 Wafat

Nasional
Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

Nasional
Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

Nasional
Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

Nasional
Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

Nasional
Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

Nasional
Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

Nasional
Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

Nasional
Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

Nasional
LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Nasional
Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com