Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rapat "Para Bintang" Batalkan Penyelaman Malam Hari untuk Angkat Ekor AirAsia

Kompas.com - 09/01/2015, 22:00 WIB
Ihsanuddin

Penulis

PANGKALAN BUN, KOMPAS.com  Tim penyelam gabungan TNI Angkatan Laut akhirnya batal melakukan penyelaman pada malam hari untuk mengangkat bangkai pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Jumat (9/1/2015) malam ini. Keputusan itu diambil melalui rapat "para bintang" yang dilakukan Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko dan rombongannya yang sedang berada di KRI Banda Aceh.

Selepas petang, Moeldoko bersama rombongannya mulai melakukan rapat untuk membahas kepastian penyelaman. Rapat itu juga diikuti antara lain oleh Panglima Armada Barat Laksda TNI Widodo, Komandan Gugus Keamanan Laut Barat Laksma TNI Abdul Rasyid, dan Komandan KRI Banda Aceh Letkol Arief Budiman.

Pada saat bersamaan, tim penyelam mulai melakukan persiapan di geladak helikopter KRI Banda Aceh. Berbagai alat penyelaman sudah disiapkan. Tiga perahu karet yang akan digunakan tim penyelam untuk turun ke permukaan air juga sudah disiagakan.

Saat persiapan selesai, tim penyelam masih berkumpul dan menunggu keputusan rapat. Untuk mengisi waktu, pengarahan kecil-kecilan mengenai teknis dan strategi penyelaman juga diberikan oleh para komandan regu.

Keputusan rapat baru muncul sekitar pukul 21.10 WIB. Rapat memutuskan penyelaman dibatalkan karena ombak yang cukup kencang dan bisa membahayakan keselamatan penyelam. Belum lagi, jarak pandang di air pada malam hari juga sangat terbatas.

"Informasi terakhir, penyelaman dibatalkan. Tapi penyelam tetap harus bersiap untuk besok pagi turun sepagi mungkin," kata Letnan Huda Prawira melaporkan keputusan rapat.

Sebelumnya, perintah untuk menyelam pada malam hari datang langsung dari Moeldoko. Instruksi menyelam diberikan setelah proses pengangkatan pesawat pada pagi dan siang harinya harus dihentikan karena arus bawah air yang kencang.

Pada malam hari, arus di bawah air memang normal sehingga penyelam bisa bergerak dengan mudah. Namun, gelombang di atas air dan jarak pandang yang minim menjadi rintangannya.

Meski begitu, Moeldoko beranggapan, penyelam tidak akan terlalu mengalami kesulitan karena tinggal melakukan tahapan terakhir, yakni mengaitkan crane kapal Crest Onyx ke tali yang sudah diikatkan ke ekor pesawat. Floating bag juga sudah terpasang dan tinggal dikembangkan menjadi balon yang dapat mengapungkan ekor pesawat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Eks Penyidik KPK: Ponsel Hasto Tidak Akan Disita Jika Tak Ada Informasi soal Harun Masiku

Nasional
Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Soal Duet Anies-Kaesang, Relawan Anies Serahkan ke Partai Pengusung

Nasional
MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

MPR Khawatir Bansos yang Akan Diberikan ke Korban Judi Online Malah Dipakai Berjudi Lagi

Nasional
Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Eks Penyidik KPK: Kasus Harun Masiku Perkara Kelas Teri, Tapi Efeknya Dahsyat

Nasional
Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Siapa Anggota DPR yang Diduga Main Judi Online? Ini Kata Pimpinan MKD

Nasional
Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Eks Penyidik KPK Anggap Wajar Pemeriksaan Hasto Dianggap Politis, Ini Alasannya

Nasional
Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

Nasional
DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

DPR Sebut Ada Indikasi Kemenag Langgar UU Karena Tambah Kuota Haji ONH Plus

Nasional
Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

Punya Kinerja Baik, Pertamina Raih Peringkat 3 Perusahaan Terbesar Fortune 500 Asia Tenggara 2024

Nasional
Gugat ke MK, Dua Mahasiswa Minta Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dihitung saat Penetapan

Gugat ke MK, Dua Mahasiswa Minta Syarat Usia Calon Kepala Daerah Dihitung saat Penetapan

Nasional
Satgas Judi 'Online' Dibentuk, Kompolnas Minta Polri Perkuat Pengawasan Melekat

Satgas Judi "Online" Dibentuk, Kompolnas Minta Polri Perkuat Pengawasan Melekat

Nasional
Pemerintah Diminta Fokuskan Bansos Buat Rakyat Miskin, Bukan Penjudi 'Online'

Pemerintah Diminta Fokuskan Bansos Buat Rakyat Miskin, Bukan Penjudi "Online"

Nasional
Pemerintah Diminta Solid dan Fokus Berantas Judi 'Online'

Pemerintah Diminta Solid dan Fokus Berantas Judi "Online"

Nasional
Ada Anggota DPR Main Judi Online, Pengamat: Bagaimana Mau Mikir Nasib Rakyat?

Ada Anggota DPR Main Judi Online, Pengamat: Bagaimana Mau Mikir Nasib Rakyat?

Nasional
Muhadjir Usul Sanksi Pelaku Judi 'Online' Sebaiknya Diperberat

Muhadjir Usul Sanksi Pelaku Judi "Online" Sebaiknya Diperberat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com