Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PDI-P, Jalan Terjal Transformasi Partai Pemerintah

Kompas.com - 21/09/2014, 15:23 WIB


KOMPAS.com - ”Ujian sebenarnya bagi PDI-P bukan saja ketika partai ini berada di luar pemerintahan. Ujian terbesar justru ketika kita berada dalam pemerintahan.” Begitulah pernyataan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri saat membuka Rapat Kerja Nasional IV PDI-P di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (19/9).

Pernyataan itu tentu bukannya tanpa alasan. Selama hampir 10 tahun menghidupi karakter oposisi, kini PDI-P harus berubah menjadi partai pemerintah. Transformasi besar di internal PDI-P harus dilakukan karena karakter partai oposisi, partai di luar pemerintah, jelas bertolak belakang dengan partai pemerintah.

Megawati menyebutkan, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengubah mentalitas dan sikap politik kader, sejalan dengan keberadaannya sebagai partai pemerintah. Selain itu, internal PDI-P juga harus menata dan melakukan sinkronisasi tiga pilar partai, struktur partai dari DPP hingga anak ranting, kader partai di legislatif, serta kader partai di eksekutif.

PDI-P bukan kali ini saja menjadi partai pemerintah. Jika dirunut ke belakang, PDI-P memenangi pemilu untuk pertama kali pada 1999. Meski memenangi pemilu, di MPR, Megawati hanya terpilih menjadi wakil presiden mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Gejolak politik di tingkat elite pada 2001 memaksa Gus Dur lengser dari kursi presiden. Sebagai wapres, Megawati diangkat menjadi presiden untuk meneruskan lebih dari tiga tahun sisa masa pemerintahan. Saat itulah PDI-P mengenyam pengalaman menjadi partai pemerintah.

Pada 2004, PDI-P gagal memenangi pemilu dan hanya jadi runner-up di bawah Partai Golkar. Dalam pemilihan presiden yang pertama kali digelar secara langsung, PDI-P juga gagal mengantar Megawati menjadi presiden. Setelah itu, pada Kongres II di Bali tahun 2005, PDI-P bersikap di luar pemerintah.

Pada kontestasi politik 2009, PDI-P kembali gagal memenangi pemilu dan hanya menempati peringkat ketiga. Pada Pemilu Presiden 2009, PDI-P juga gagal mengantar Megawati menduduki kursi presiden. Selanjutnya, pada Kongres III di Bali tahun 2010, PDI-P kembali menegaskan sikap politiknya untuk tetap berada di luar pemerintah. Yang membedakan dari kongres sebelumnya, PDI-P meneguhkan dirinya sebagai partai ideologis.

Perubahan lain dalam Kongres III, meski berada di luar pemerintah, PDI-P memilih untuk mengelola partai identik dengan mengelola negara. Struktur partai pun berubah, terbagi dalam bidang-bidang yang identik dengan kementerian.

Perubahan dalam Kongres III itu setidaknya membantu PDI-P saat kini harus mengubah haluan politik menjadi partai pemerintah. Sebuah perubahan yang wajar ketika PDI-P kembali memenangi Pemilu 2014, bersama koalisi dan relawan berhasil mengantar kader PDI-P, Joko Widodo, dan pasangannya, Jusuf Kalla, menjadi presiden dan wakil presiden terpilih.

Ketika kini PDI-P menjadi partai pemerintah, transformasi partai menjadi keniscayaan. Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan, ada tiga langkah perubahan yang harus dilakukan PDI-P, yaitu penegasan ulang komitmennya dalam pemberantasan korupsi, transformasi menjadi partai modern, serta PDI-P harus mampu menjadi pemimpin konstelasi politik di parlemen ataupun konstelasi politik di daerah. PDI-P perlu becermin dari kegagalan Partai Demokrat di parlemen, yang sering gagal memenangi pertarungan di DPR walau dominan.

Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang berpandangan, legislator dari PDI-P juga harus mengubah mentalitas dan karakter oposisi yang selama ini cenderung mengkritik pemerintah. Kata Yunarto, PDI-P harus mampu membangun koalisi dan kerja sama yang lebih kuat di parlemen. (Ferry Santoso/Wahyu Haryo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com