Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Merah Putih, Yakin Bisa Berkomitmen di Luar Pemerintahan?

Kompas.com - 22/08/2014, 08:54 WIB
Indra Akuntono

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa Pemilu Presiden 2014 turut memetakan postur koalisi pemerintahan mendatang berdasarkan komposisi koalisi pasangan presiden-wakil presiden terpilih dan yang tak terpilih.

Seusai putusan MK, Kamis (21/8/2014), koalisi partai politik pengusung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa menyatakan berkomitmen berada di luar pemerintahan.

"Koalisi Merah Putih (untuk berada) di luar pemerintahan adalah solid," kata Sekjen Partai Golkar Idrus Marham, saat memimpin konferensi pers koalisi Merah Putih pengusung pasangan Prabowo-Hatta, Kamis malam.

Komposisi koalisi pengusung Prabowo-Hatta memberikan lebih dari 50 persen kursi DPR. Koalisi ini disusun oleh Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Bulan Bintang, Partai Golkar, dan Partai Demokrat.

Baru Gerindra yang teruji

Dari partai-partai dalam koalisi tersebut, praktis hanya Partai Gerindra telah teruji berada di luar pemerintahan, setidaknya untuk satu periode pemerintahan ini. Partai-partai selebihnya tak punya catatan berada di luar pemerintahan.

Sikap politik dalam konferensi pers tersebut, seolah menutup mata atas gejolak yang terjadi di internal beberapa partai utama pengusung Prabowo-Hatta. Sebut saja gejolak di Partai Golkar, Partai Demokrat, dan PPP.

Partai Demokrat dan PPP telah sejak lama memberi sinyal akan bermanuver dan meninggalkan koalisi merah putih. Sinyal itu mulai muncul setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih.

Bahkan, beberapa hari ini sinyal tersebut makin menguat ketika Jokowi mengatakan Demokrat akan segera merapat. Meski demikian, pernyataan Jokowi itu dibantah oleh petinggi Partai Demokrat.

Untuk PPP, perdebatan mengenai pilihan tandem koalisi telah muncul jauh sebelum Pilpres 2014 bergulir. Keputusan masuk dalam gerbong pendukung Prabowo-Hatta diambil melalui perdebatan panjang dan alot.

Meski demikian, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali menegaskan bahwa partainya tak akan bergeser dari koalisi merah putih dan bersama-sama menjalankan peran di luar pemerintahan. "Pasti," kata Suryadharma singkat, Kamis malam.

Kurikulum Golkar

Adapun Golkar, kondisinya lebih rumit. Keputusan politik yang diambil Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie mendapat penolakan sangat keras dari internal. Penolakan itu bahkan harus dibayar mahal dengan jatuhnya sanksi tegas seperti pencopotan jabatan struktural, sampai pada pemecatan sebagai kader.

Bila dua periode pemerintahan ini merupakan era Partai Demokrat, maka Partai Golkar adalah partai politik yang sepanjang sejarah keberadaannya selama berdekade-dekade di Indonesia belum pernah sekalipun berada di luar pemerintahan.

Ketika pilihan bergabung ke koalisi pengusung Prabowo-Hatta sudah memicu konflik di tubuh Golkar, kepastian bukan Prabowo-Hatta yang melenggang ke kursi kekuasaan semakin berpotensi mengguncang partai yang sebelumnya tak pernah punya opsi berada di luar pemerintahan.

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan DPP Partai Golkar, Indra J Piliang, suatu kali pernah mengatakan kurikulum partainya tak punya materi yang memandu Golkar bila berada di luar pemerintahan. "Kalau kami mau oposisi, kurikulumnya harus diubah, harus ada pendidikan dalam internal Golkat mengenai oposisi, garisnya seperti apa," kata Indra.

Adapun pengamat politik dari Center Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, mengatakan, mayoritas partai politik di Indonesia sangat memuja pragmatisme kekuasaan. Tujuan politiknya bukan untuk menyejahterakan rakyat, melainkan sebisa mungkin berinvestasi dalam pemerintahan yang berkuasa.

Dengan alasan itu, Kristiadi yakin koalisi merah putih akan buyar. Satu persatu partai dalam koalisi itu akan merapat ke barisan partai pendukung Jokowi-JK yang bakal memimpin pemerintahan untuk periode lima tahun ke depan.

"Dalil saya, atmosfer politik yang memuja pragmatisme itu yang membuat koalisi permanen (pendukung Prabowo-Hatta) akan buyar. Saya tidak melihat koalisinya dibangun karena keprihatinan, tapi untuk kekuasaan," kata Kristiadi.

Jika sudah begini, wajar jika muncul pertanyaan publik tentang apa yang ada di balik komitmen koalisi merah putih untuk memilih berada di luar pemerintahan baru mendatang. Koalisi Merah Putih, yakin bisa berkomitmen berada di luar pemerintahan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggap Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Anggap Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Alasan PDI-P Tak Tarik Menterinya dari Kabinet

Nasional
Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Rancangan Peraturan KPU, Calon Kepala Daerah Daftar Pilkada 2024 Tak Perlu Lampirkan Tim Kampanye

Nasional
Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasdem dan PKB Dukung Prabowo-Gibran, PAN Sebut Jatah Kursi Menteri Parpol Koalisi Tak Terganggu

Nasional
Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Bilang Jokowi Sangat Nyaman, PAN Janjikan Jabatan Berpengaruh

Nasional
KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

KPU Godok Aturan Baru Calon Kepala Daerah Pakai Ijazah Luar Negeri

Nasional
Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis 'Pernah', Apa Maknanya?

Status Perkawinan Prabowo-Titiek Tertulis "Pernah", Apa Maknanya?

Nasional
Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Wamenhan Terima Kunjungan Panglima AU Singapura, Bahas Area Latihan Militer

Nasional
Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Pengamat: Anies Ditinggal Semua Partai Pengusungnya, Terancam Tak Punya Jabatan Apa Pun

Nasional
Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Pilkada 2024: Usia Calon Gubernur Minimum 30 Tahun, Bupati/Wali Kota 25 Tahun

Nasional
Menlu Sebut Judi 'Online' Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Menlu Sebut Judi "Online" Jadi Kejahatan Transnasional, Mengatasinya Perlu Kerja Sama Antarnegara

Nasional
PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi 'Effect'

PDI-P Percaya Diri Hadapi Pilkada 2024, Klaim Tak Terdampak Jokowi "Effect"

Nasional
Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Harap Kemelut Nurul Ghufron dan Dewas Segera Selesai, Nawawi: KPK Bisa Fokus pada Kerja Berkualitas

Nasional
Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Hasto Ungkap Jokowi Susun Skenario 3 Periode sejak Menang Pilpres 2019

Nasional
Ikut Kabinet atau Oposisi?

Ikut Kabinet atau Oposisi?

Nasional
Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Gugat KPU ke PTUN, Tim Hukum PDI-P: Uji Kesalahan Prosedur Pemilu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com