"Meskipun dari aspek pengalaman Hatta diuntungkan terkait dengan tema debat SDM dan iptek, mengingat pengalaman sebagai Menristek. Namun apa yang disampaikan Hatta lebih menonjolkan kemampuan retorika yang dibumbui dengan istilah asing," kata Hasto, seusai debat.
Hasto menilai, jawaban-jawaban Hatta itu juga menunjukkan bahwa riset-riset yang dilakukannya selama menjabat sebagai Menristek belum maksimal. Riset yang dilakukan, lanjut Hasto, tidak mampu mengatasi berbagai persoalan seperti rendahnya produktivitas padi, modernisasi angkutan massal untuk publik, penguatan penelitian di sektor kelautan, dan lain-lain.
"Bahkan hal yang kontraproduktif, ketika Hatta memutuskan untuk impor gerbong bekas kereta api dari Jepang, padahal di sisi lain INKA mampu membuat gerbong kereta api," tambah Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P itu.
Hal yang sama, kata Hasto, juga terjadi dalam bidang energi. Keasyikan untuk mengimpor minyak karena kedekatan dengan pelaku usaha tertentu, menurut dia, telah melupakan implementasi riset di dalam rancang bangun kilang minyak.
"Dengan demikian di tangan Hatta, pengembangan riset tanpa political will untuk berpihak pada kemampuan produksi nasional sama saja dengan mematikan daya invensi di dalam negeri," papar Hasto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.