Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Kampanye Negatif Perlu untuk "Menelanjangi" Lawan Politik

Kompas.com - 23/05/2014, 13:42 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
- Pengamat politik Universitas Indonesia Agung Suprio menilai kampanye negatif perlu dilakukan sebagai upaya "menelanjangi" lawan politik dan membuka mata publik atas rekam jejak masing-masing kandidat calon presiden dan calon wakil presiden.

"Kampanye negatif dilakukan untuk mengeksploitasi kelemahan lawan, dan masih termasuk dalam kampanye sehat. Bahkan diwajibkan agar pemilih mengetahui rekam jejak kandidat. Saya katakan kampanye negatif seperti menelanjangi para kandidat sehingga pemilih dapat melihat secara utuh para kandidat," kata Agung dihubungi dari Jakarta, Jumat (23/5/2014), seperti dikutip Antara.

Dia mengatakan, hikmah dari kampanye negatif agar publik dapat memastikan seorang kandidat capres dan cawapres benar-benar bersih ketika menjabat.

"Kampanye negatif ini berdasarkan fakta, berbeda dengan kampenye hitam yang dasarnya fitnah dan primordial. Kalau kampanye hitam ini jelas dilarang berdasarkan peraturan tentang kampanye," ucap Agung.

Dia mengingatkan, kampanye hitam justru dapat masuk ranah pidana, dan pelanggaran atas peraturan informasi, telematika, dan elektronika jika dilakukan di televisi, internet, dan sejenisnya.

Untuk mencegah terjadinya kampanye hitam yang dilakukan simpatisan, menurut dia, sebaiknya dua poros koalisi (Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla) saling berkomitmen dan menyerukan kepada pendukungnya untuk melakukan kampanye sehat.

"Selain itu, melaporkan 'black campaign' kepada institusi yang berwenang agar menimbulkan efek jera kepada calon pelaku kampanye hitam," ujar Agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

Nasional
Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com